REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Kanselir Jerman Angela Merkel mulai menjajaki pembentukan koalisi baru. Partai yang ia pimpin, Kristen Demokrat, meraih kemenangan dalam pemilu parlemen, Ahad (22/9). Namun, mitra koalisinya selama ini, Free Democrats (FDP), tak masuk parlemen.
Partai tersebut gagal memenuhi ambang batas sebesar lima persen untuk memiliki kursi di parlemen. FDP hanya mengumpulkan 4,8 persen suara. Pada Senin (23/9) Merkel melakukan kontak dengan pemimpin Sosial Demokrat (SPD) Sigmar Gabriel.
Partai tersebut berhasil mendulang 25,7 persen dukungan. “Tentu, kami terbuka untuk melakukan pembicaraan. Saya sudah melakukan pembicaraan awal dengan pemimpin SPD,” kata Merkel. Mereka, ia menambahkan, belum bisa memberikan jawaban.
Persoalan koalisi, Merkel menjelaskan, akan mereka bicarakan pada Jumat mendatang. Ia menegaskan pula, sangat terbuka bermitra dengan selain SPD untuk membentuk pemerintahan. Para pengamat mengatakan, pembentukan koalisi bisa dua bulan.
Pembicaraan dengan SPD, mereka menyatakan, diyakini akan sangat berlarut-larut. “Ini akan sangat panjang,”kata Ralf Stegner, pemimpin sayap kiri di SPD. Pada 2005-2009 kedua partai ini pernah bersama menjalankan pemerintahan. Tahun pertama koalisi berjalan mulus. Namun, jutaan pemilih berhaluan kiri meninggalkan SPD. “Anda mestinya bertanya pada CDU, apakah mereka bersedia membayar harga koalisi jika memerintah bersama kami?” tanya Gabriel.
Ia menegaskan hal tersebut ketika ditanya apa yang mungkin menjadi tuntutan kepada Merkel. Gabriel akan tetap pada kebijakan partai, yaitu penetapan upah minimum, pajak tinggi untuk orang-orang kaya, dan meminta jatah menteri keuangan di kabinet.
Pilihan pos lainnya adalah menteri luar negeri atau menteri tenaga kerja. Gabriel mengatakan, dalam posisi ini SPD tak sedang menunggu atau melamar pekerjaan setelah Merkel membubarkan koalisinya dengan FDP. Dengan demikian, ujar sumber di SPD, pembentukan pemerintahan baru tak berlangsung cepat. Kedua belah pihak akan saling tawar kepentingan masing-masing.
Selain itu, banyak pendukung progresif CDU lebih condong ke Partai Hijau yang mengantongi 8,4 persen suara. Mereka menilai Goering-Eckardt, pemimpin Partai Hijau, merupakan pilihan yang cocok. Namun, kubu konservatif di CDU menolaknya. Mereka tak cocok dengan kelompok pasifis dan ekologis itu karena menginginkan pajak tinggi terhadap orang kaya. Di sisi lain, Partai Hijau merasa khawatir dengan CDU. Karena, biasanya Merkel menggilas mitra koalisi yang kecil.
Setelah gagal meraih kursi di parlemen, Ketua FDP yang juga menjabat Wakil Kanselir dan Menteri Keuangan, Philip Rosler, menyatakan mundur dari kepemimpinan partai. Kemungkinan, ia akan digantikan Christian Lindner. n ichsan emrald alamsyah/ap/reuters ed: ferry kisihandi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.