Rabu 02 Oct 2013 08:15 WIB
Neraca Perdagangan

Neraca Perdagangan Surplus

Kawasan perdagangan di Batam
Kawasan perdagangan di Batam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Agustus mengalami surplus 132,4 juta dolar AS. Perinciannya, nilai ekspor 13,16 miliar dolar AS dan impor 13,03 miliar dolar AS. BPS juga mencatat, neraca volume perdagangan pada Agustus 2013 mengalami surplus 43,11 juta ton. Perinciannya, volume ekspor 53,01 juta ton dan impor 9,89 juta ton.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, surplus neraca perdagangan harus terus dipertahankan, utamanya dengan peningkatan ekspor dalam negeri. “Walaupun surplus kecil, dibanding pada Juli di mana defisit dua miliar dolar AS lebih, ini luar biasa,” ujar Hatta kepada wartawan saat ditemui di kantornya, Selasa (1/10).

Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan minyak dan gas mengalami defisit 891,7 juta dolar AS. Perinciannya, minyak mentah defisit 26 juta dolar AS, hasil minyak defisit dua miliar dolar AS, dan gas surplus 1,142 miliar dolar AS. Sedangkan, neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus 1,02 miliar dolar AS.

Secara keseluruhan, neraca perdagangan pada Januari-Agustus 2013 masih mengalami defisit sebesar 5,538 miliar dolar AS. Perinciannya, minyak mentah defisit 2,164 miliar dolar AS, hasil minyak 16 miliar dolar AS, dan gas surplus 9,66 miliar dolar AS. Sedangkan, neraca nonmigas mengalami surplus 2,986 miliar dolar AS.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, neraca perdagangan pada akhir tahun berpeluang untuk berada di bawah lima miliar dolar AS. “Saya rasa sekitar empat miliar sampai lima miliar (dolar AS),” ujar Sasmito.

Khusus untuk ekspor nonmigas, Sasmito meyakini, besarannya akan terus meningkat seiring perbaikan harga komoditas. “Itu salah satu indikasi kita punya peluang surplus. Seperti saya bilang, Juli itu titik dasar dari defisit kita. Kita sedang proses kembali ke neraca perdagangan yang lebih kuat,” kata Sasmito. Sasmito melanjutkan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu tidak serta-merta menurunkan impor minyak. “Masalahnya, kita masih bisa beli.”

Impor migas selama Agustus 2013 tercatat 3,665 miliar dolar AS. Perinciannya, impor minyak mentah 989,9 juta dolar AS, hasil minyak 2,424 miliar dolar AS, dan gas 251,2 juta dolar AS. Sedangkan, pada Juli 2013, impor migas mencapai 4,137 miliar dolar AS. Perinciannya, impor minyak mentah 1,177 miliar dolar AS, hasil minyak 2,736 miliar dolar AS, dan gas 223,2 juta dolar AS.

Indeks harga produsen

Selain menyampaikan berita resmi statistik dalam jumpa pers di kantor BPS, Selasa (1/10), untuk pertama kalinya BPS melansir indeks harga produsen (IHP) tahun dasar 2010 = 100. Menurut Sasmito, Indonesia relatif terlambat memiliki IHP jika dibandingkan negara-negara lain. Sebagai contoh, Australia telah memiliki IHP sejak 100 tahun lalu. “Lebih baik terlambat daripada beratus-ratus tahun tidak sama sekali,” ujar Sasmito.

Sasmito menjelaskan, dalam menyajikan IHP, BPS mendapat bantuan teknis dari Biro Statistik Australia dan Dana Moneter Internasional (IMF). BPS berharap, IHP yang dihasilkan memiliki kualitas tingkat dunia. IHP adalah angka indeks yang menggambarkan perubahan harga di tingkat konsumen. Kegunaan IHP, antara lain, sebagai indikator dini indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan inflasi, pendukung penyusun produk domestik bruto (PDB), serta informasi untuk pengembangan harga yang diterapkan oleh produsen (petani, peternak, dan lain-lain). IHP juga menjadi gambaran perubahan harga (inflasi maupun deflasi di tingkat produsen).n ed: eh ismail

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement