Sabtu 26 Oct 2013 07:22 WIB
SBY vs Anas

SBY Disebut Hanya Korban

Anas Urbaningrum saat ditemui Republika di kediamannya, Kamis (28/2) dini hari
Foto: Republika/Agung Supri
Anas Urbaningrum saat ditemui Republika di kediamannya, Kamis (28/2) dini hari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Anas Urbaningrum meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berhati-hati terhadap informasi yang diberikan oleh orang dekatnya. Sebab, menurut mantan ketua umum Partai Demokrat ini, banyak informasi tak valid yang diterima SBY dari pembisiknya.

Anas pun merujuk isi pesan singkat yang disebut berasal dari SBY kepada jajaran petinggi Partai Demokrat. Pesan SBY itu keluar setelah adanya pernyataan dari Pengurus PPI terkait penjemputan pendiri Partai Demokrat Subur Budhisantoso oleh Badan Intelijen Negara (BIN).

Anas sudah membaca isi pesan tersebut dari pemberitaan di media. “Dari pemberitaan yang jadi perhatian saya adalah poin nomor dua,” kata Anas selepas acara diskusi di Rumah Pergerakan, Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat (25/10).

Ada beberapa poin dari pesan itu dan Anas menilai bahwa kemarahan SBY berpangkal pada poin kedua. Dalam pesan itu, SBY mengetahui mendapatkan informasi adanya penculikan terhadap Subur oleh BIN. Disebut bahwa kabar penculikan tersebut disebar oleh Anas dan politisi Partai Demokrat Gede Pasek Suardika. “Itu pangkalnya. Ketika beliau menerima informasi itu dan informasi itu salah atau keliru, tidak valid. Kemudian, beliau marah,” ujar Anas.

Menurut Anas, wajar SBY marah karena mendengar informasi adanya penculikan. Anas mengatakan, menyebarkan informasi penculikan jelas perbuatan jahat. “Karena informasinya salah sehingga respons beliau menjadi kurang pas,” katanya.

Dengan kejadian ini, Anas berharap SBY lebih berhati-hati dalam menerima informasi dan masukan. Sehingga, tidak terjadi respons yang tidak tepat. “Beliau perlu hati-hati dengan masukan-masukan dan informasi pembisiknya. Yang berikan informasi itu harus diteliti betul informasinya, benar atau tidak,” ujar Anas.

Ia menjadi bersimpati kepada SBY dengan situasi seperti sekarang ini. Menurutnya, SBY menjadi korban dari informasi yang salah. “Saya berharap, yang memberikan informasi meminta maaf kepada Pak SBY. Karena, informasi itu tidak benar atau tidak valid,” katanya.

Mengenai pesan yang tersebar ke media, Anas meyakini itu merupakan pesan dari SBY kepada jajaran elite Partai Demokrat. Ia mengatakan, juru bicara presiden pun sudah mengonfirmasinya.

Anas juga percaya karena mengenal struktur penulisan, kalimat, gaya bahasa, dan substansi isi pesan tersebut. “Saya percaya itu dari Pak SBY,” ujar mantan ketua umum partai berlambang bintang mercy itu.

Dalam kesempatan tersebut Anas menepis kehadiran ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) yang ia dirikan untuk menggembosi Demokrat. Anas menegaskan bahwa kehadiran PPI tidak untuk menyaingi atau menyerang Partai Demokrat. Apalagi, ia mengatakan, dirinya mantan ketua umum partai tersebut. “Tidak ada alasan untuk menyerang Partai Demokrat,” katanya.

Anas mengatakan, kebanyakan temannya berada di Partai Demokrat. Baik di tingkat DPP, DPD, ataupun DPC. Ia justru berharap kader-kader Demokrat akan berhasil, termasuk di pemilu legislatif mendatang. “Tentu saya senang sahabat saya bisa sukses pada Pemilu 2014,” ujar Anas.

Menurutnya, PPI hanyalah ormas yang masih seumur jagung. Sehingga, ia mengatakan, tidak layak PPI dijadikan sebagai pesaing politik dari Partai Demokrat atau partai lainnya. Ia menegaskan, PPI tidak bergerak di wilayah politik apalagi sebagai peserta pemilu.

Anas mencontohkan ketika PPI menggelar diskusi untuk membicarakan meritokrasi politik. Ia mengatakan, pembicaraan itu malah merupakan upaya mendukung kritikan SBY akan adanya politik dinasti.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Agus Hermanto mengungkapkan, ada pengarahan khusus dari SBY kepada sejumlah petinggi partai terkait keberadaan PPI. Ia juga mengiyakan adanya arahan dari SBY kepada pengurus Dewan Kehormatan untuk menindak kader Demokrat di PPI yang mendiskreditkan Demokrat.

Menurut Agus, pengarahan SBY tersebut hal yang wajar. “Pengarahan itu hal yang wajar. Kita harus berhati-hati menanggapi apa yang disampaikan oknum PPI,” kata Agus. n irfan fitrat  ed: abdullah sammy

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement