REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Krakatau Steel Tbk segera merealisasikan sejumlah proyek besar terkait Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Irvan Kamal Hakim mengatakan, proyek-proyek MP3EI yang juga dapat mendorong kinerja perseroan di masa mendatang itu meliputi perluasan pabrik baja terintegrasi Krakatau-Posco, perluasan pelabuhan PT Krakatau Bandar Samudra, perluasan pembangkit listrik 120 mw PT Krakatau Daya Listrik, dan perluasan jaringan air minum PT Krakatau Tirta Industri. “Ini semua segera direalisasikan,” katanya di Jakarta, Senin (4/11).
Mengenai Krakatau-Posco, Irvan mengatakan, pekerjaan konstruksi pabrik yang berlokasi di Krakatau Industrial Estat Cilegon (KIEC) itu sudah mencapai 98,15 persen pada triwulan III 2013.
Menurut Irvan, pembangunan pabrik baja Krakatau Steel (KS)-Posco untuk memenuhi kebutuhan produk baja skala nasional dan regional dengan menggunakan teknologi baru berbasis batu bara yang efisien. “Dengan terealisasinya pabrik baja KS-Posco, selain akan meningkatkan kapasitas produksi baja nasional, juga akan menurunkan biaya produksi,” ujar Irvan.
Pekerjaan konstruksi yang akan direalisasikan meliputi pembangunan pabrik baru, seperti tungku lebur (blast furnace), sinter plant, coke oven, steel making plant, dan plate mill plant diharapkan diselesaikan seluruhnya pada Desember 2013.
Proyek yang menelan biaya investasi Rp 26,9 triliun pada tahap pertama itu juga diharapkan akan mengurangi ketergantungan impor plate dan semi-finish (slab) sehingga menghemat devisa 1.410 juta dolar AS per tahun serta menyediakan lapangan kerja bagi 2.000 orang saat beroperasi. Saat ini, tercatat 2.008 orang Indonesia dan 278 ekspatriat yang bekerja di proyek KS-Posco.
Irvan melanjutkan, sumber pendanaan proyek berasal dari internal Rp 9,5 triliun (35,4 persen) dan sisanya, Rp 17,3 triliun (64,6 persen), dari Export Credit Agency (ECA) serta perbankan.
Proyek lain terkait MP3EI yang akan direalisasikan pembangunannya dalam waktu dekat, yakni pembangunan dermaga III berikut jalan akses, terminal Cigading II berkapasitas 3.000 ton per jam, dua fasilitas bongkar muat kapal berkapasitas 1.500 ton per jam, dan dermaga V. Pelabuhan itu dirancang memiliki kekuatan sampai dengan lima ton per meter persegi yang akan melayani kargo alat berat untuk material konstruksi, slan, dan plate produk KS-Posco.
“Pembangunan pelabuhan menelan investasi Rp 950 miliar yang berasal dari KS Rp 190 miliar dan pinjaman Rp 760 miliar,” ujar Irvan. Irvan mengatakan, pembangunan pelabuhan akan meningkatkan pendapatan perusahaan, menumbuhkan ekonomi sektor industri di Cigading Cilegon, merekrut tenaga kerja 210 orang saat ini, dan 52 orang saat operasi nantinya.
Sedangkan, untuk proyek pembangkit listrik, Irvan menerangkan, proyek dengan nilai investasi 132 juta dolar AS itu sampai triwulan III 2013 sudah mencapai 93 persen. “Pembangkit listrik tenaga gas dan uap berkapasitas 120 mw akan meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi serta menyerap tenaga kerja 200 orang, 50 orang saat beroperasi nanti,” ujar Irvan.
Selanjutnya, proyek air minum dengan nilai investasi Rp 66,4 miliar yang berasal dari internal Rp 26,6 miliar dan Bank BRI Rp 39,8 miliar. Sampai dengan triwulan III, proyek ini sudah mencapai kemajuan konstruksi 98 persen.
Proyek air bersih itu akan meningkatkan penjualan air bersih 583 liter per detik sehingga memberi kontribusi signifikan bagi PT Krakatau Tirta Industri selaku anak usaha dan PT KS selaku induk usaha.
Di Surabaya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Hatta Rajasa menilai, pelaksanaan proyek-proyek MP3EI di empat kluster di Tanah Air bertujuan untuk mengurangi tingkat kemiskinan nasional. Menurut Hatta, tingkat kemiskinan di Indonesia terus mengalami penurunan.
Pada 1998, jumlah penduduk miskin Indonesia sebanyak 24,4 persen. “Saat ini, jumlah penduduk miskin sebesar 11,4 persen atau 28,1 juta orang,” kata Hatta saat menjelaskan perkembangan MP3EI dan Masterplan Percepatan Perluasan Penurunan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) di acara Tanwir organisasi otonomi Muhammadiyah Nasyiatul Aisyiyah di Surabaya, Jawa Timur, Ahad (3/11).
Saat ini, kata Hatta, Indonesia berada pada peringkat 16 besar di dunia dengan pendapatan domestik bruto (PDB) sebesar 3.660 dolar AS per kapita. Meski jumlah kemiskinan terus menurun, pihaknya berjanji terus melakukan upaya untuk mengurangi angka kemiskinan.
Apalagi, pemerintah menargetkan dapat menurunkan angka kemiskinan 10,5 persen pada akhir 2013. Tidak hanya itu, pemerintah juga menargetkan PDB per kapita masyarakat Indonesia sebesar 15 ribu dolar AS dan angka kemiskinan berkurang menjadi empat persen pada 2025. “Sehingga, diperlukan peran negara untuk mengurangi kemiskinan. Harus ada gerakan penanggulangan kemiskinan,” katanya. n rr laeny sulistyawati/antara ed: eh ismail
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.