Rabu 06 Nov 2013 08:51 WIB
Persidangan Presiden Mesir Muhammad Mursi

Muhammad Mursi: Saya Presiden Mesir

Seorang anak membawa poster Presiden Muhammad Mursi di kawasan masjid Rabaah al-Adawiya di Nasr City, Kairo,   Rabu (31/7).
Foto: AP/Hassan Ammar
Seorang anak membawa poster Presiden Muhammad Mursi di kawasan masjid Rabaah al-Adawiya di Nasr City, Kairo, Rabu (31/7).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Mantan presiden Mesir Muhammad Mursi muncul pertama kalinya pascakudeta militer, Senin (4/11). Ia bersama 14 pimpinan Ikhwanul Muslimin (IM) dihadirkan di sebuah akademi polisi yang dijadikan ruang sidang. Persidangan digelar kembali 8 Januari 2014.

Setelah keluar dari sebuah van dan mengancingkan jaketnya ia memasuki ruang sidang. Di balik jaket, ia mengenakan jas hitam dan kemeja cerah. Ia menolak mengenakan baju tahanan. Hampir dua jam persidangan ditunda karena Mursi menolak memakai baju tahanan. Setelah keluar vani Ia menuju ke ruang berjeruji di ruangan sidang. Di sana ada pimpinan IM lainnya. Pimpinan IM yang ada di ruang jeruji dengan mengenakan baju tahanan putih, bertepuk tangan saat Mursi tiba dan bergabung dengan mereka.

Tak lama berselang, Mursi mulai manyampaikan isi hatinya meski Hakim Ahmed Sabry Youssef, yang memimpin sidang, belum mempersilakan Mursi bicara. Mursi menegaskan dia masih merupakan presiden sah Mesir. "Saya Doktor Muhammad Mursi. Saya presiden Republik Mesir.’’ Ia berulang kali menginterupsi hakim dari balik ruang jeruji. Ia tak mengakui legitimasi hakim yang mengadilinya. ‘’Kita berada di sebuah negara bukan kamp militer. Jatuhlah pemerintahan militer.’’

Mursi mengatakan apa yang terjadi pada dirinya adalah kudeta militer. Karena itu, ia meminta peradilan Mesir tak dijadikan alat mengaburkan terjadinya kudeta itu. Tindakan Mursi membuat Hakim Ahmed Sabry Youssef menenangkan suasana.

Ia meminta Mursi tak menyampaikan pidato panjang. ‘’Cukup, persidangan akan berlanjut. Silakan jawab pertanyaan kami. Apakah Anda siap didampingi pengacara?’’ tanya dia. Lalu, Mursi mengulang pernyataannya,’’Saya presiden Mesir.’’ Ia menolak persidangan.

Ia mengatakan kehadirannya di ruang sidang karena dipaksa. Seharusnya, ujar dia, pemimpin militer yang melakukan kudetalah yang diadili. Namun sejumlah jurnalis yang hadir sempat menentang Mursi. Mereka berteriak,’’Eksekusi. Anda akan dieksekusi, Mursi.’’

Pemimpin senior IM, Mohammed el-Beltagy, juga berulangkali melakukan interupsi. Sikap ini membuat hakim memintanya untuk berhenti berbicara. Setelah sepuluh menit maraknya interupsi, Hakim Ahmed Sabry Youssef menghentikan persidangan.

Lebih dari 75 menit kemudian, persidangan berjalan kembali. Para pengacara, untuk pertama kalinya bertemu Mursi dan pimpinan IM lainnya. Muhammad Damaty, salah satu pengacara, mengatakan peradilan ini cacat. ‘’Tujuan utamanya adalah menyingkirkan IM dan gerakan Islam lainnya dari kehidupan politik Mesir,’’ ungkap Damaty. Prosesi persidangan tak disiarkan televisi. Para jurnalis juga dilarang membawa telepon genggam.

Beberapa pejabat senior IM memanfaatkan kondisi ini untuk mengungkapkan apa yang mereka alami selama ditahan. Dari balik ruang jeruji, Alaa Hamza menuturkan dirinya disiksa. Ia mengangkat bajunya, memperlihatkan bekas penyiksaan.

Setelah selesai, Mursi dibawa ke Penjara Borg al-Arab di Alexandria. Sedangkan 14 pimpinan IM lainnya dibawa ke Penjara Tora. Dakwaan terhadap Mursi dan rekan-rekannya terkait bentrokan pada Desember 2012 . Puluhan pengunjuk rasa tewas akibat bentrokan tersebut.

Ragia Omran, pengacara para korban, mengatakan kasus ini titik balik dan awal kejatuhan Mursi. Jika terbukti bersalah, Mursi dan 14 pimpinan IM menghadapi ancaman hukuman penjara seumur hidup atau hukuman mati.

Tamara el-Rifai, direktur Advokasi dan Komunikasi Human Rights Watch (HRW) yang menghadiri persidangan, mengatakan, Mursi ditahan tanpa memiliki akses ke pengacara. Ia juga menilai proses peradilan terhadap Mursi tak tepat. Menurut dia, jika pemerintahan sementara memroses kasus kematian pengunjuk rasa, mestinya mereka meminta pertanggujawaban pasukan keamanan. ‘’Anda kaji seluruh insiden dan menelusuri siapa yang memberikan perintah.’’

Pemerintah militer meningkatkan keamanan di seluruh Kairo saat proses peradilan terhadap Mursi dimulai. Lapangan-lapangan diblokade untuk mencegah aksi massa. Para pendukung Mursi berdemonstrasi di luar ruang sidang. Tak ada bentrokan mematikan. Secara nasional, delapan orang terluka. Sebanyak 53 anggota IM ditahan setelah bentrok di Kairo dan beberapa kota lainnya. n ap/reuters ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement