Rabu 06 Nov 2013 05:25 WIB
Politisasi Kebijakan

SBY Kecam Politisasi Kebijakan

Presiden SBY.
Foto: IST
Presiden SBY.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali mengingatkan para pejabat untuk tidak mengambil kebijakan demi kepentingan politik, terutama menjadikannya bumbu dalam kampanye. Menurutnya, para pengambil kebijakan haruslah berpikir rasional terhadap kebijakannya dan bukan diputuskan karena landasan emosional.

“Hanya untuk meramaikan kampanye biar dianggap mereka yang paling mencintai negerinya, yang lain tidak sehingga solusi pikirannya barangkali keliru,” kata SBY, di Bogor, Senin (4/11). Seperti diketahui, beberapa menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II merangkap jabatan strategis sebagai ketua umum ataupun anggota partai politik. Sepuluh di antaranya berencana mencalonkan diri sebagai anggota legislatif pada Pemilu 2014.

Selain itu, pejabat lain di tingkat daerah serta anggota legislatif yang mulai bergerilya menggaet massa jelang Pemilu 2014. Presiden SBY mengatakan jangan sampai kebijakan yang diambil untuk kepentingan politik justru keliru sehingga menghambat perekonomian.

Terlebih jika hal yang disampaikan kepada publik lebih didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan emosional, bukan rasional. Karena itu, ia meminta masyarakat tak segan menegur jika ada pihak yang sembarangan bicara demi mendapatkan hati masyarakat. “Di tengah-tengah musim politik, orang bicara apa saja. Tegurlah. Bahwa kita punya tujuan. Kita punya sasaran. Logis berpikir kita. Tidak bertentangan dengan UUD. Semua jelas tujuannya,” katanya.

Terlepas dari komentarnya, sejumlah kegiatan Presiden SBY beberapa kali tercampur dengan urusan parpol. Dalam kunjungannya ke Pacitan, Jawa Timur, beberapa waktu lalu, bendera Partai Demokrat berkibar di daerah tersebut. Kunjungan SBY kala itu terkait jabatannya sebagai presiden.

Dalam kunjungan kerjanya, Presiden SBY hampir selalu mengambil kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Misalnya, ketika ke Kalimantan Selatan, ia berinteraksi dengan para pedagang di pasar apung dan membeli sejumlah bahan pangan serta memakai topi khas daerah tersebut. Saat di kampung halamannya pun ia menyempatkan bermain bola voli di GOR Pacitan. Di Padang, ia pun sempat pula mampir ke air terjun Lembah Anai.

Saat menghadiri HUT ke-12 Partai Demokrat pada 26 Oktober lalu, SBY menegaskan akan memimpin kader Partai Demokrat untuk mengambil hati masyarakat dengan langsung turun ke lapangan. Sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, SBY gencar mengajak agar para kadernya untuk turun dan menyapa masyarakat. Ia pun mengatakan bersedia menjadi contoh dan memimpin gerakan tersebut.

“Bersama-sama saya nanti bicara dengan rakyat,” katanya saat HUT ke-12 Partai Demokrat di Sentul pada akhir pekan lalu. SBY menyadari tahun politik sudah semakin memanas. Partai lawan sudah bergerak. Maka Partai Demokrat pun harus melakukan hal serupa.

Menanggapi imbauan SBY soal kebijakan, Pakar Psikologi Politik dari Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk mengatakan, sebenarnya Presiden SBY juga sering tidak konsisten dalam menggunakan jabatan presiden. "Saya melihat SBY beberapa kali offside. Beliau tidak bisa membedakan antara kepentingan negara, partai, pribadi, dan keluarganya," kata Hamdi, Selasa, (5/11).

Sebagai contoh, ujar Hamdi, SBY pernah menggunakan mimbar kepresidenan berlambang burung Garuda yang merupakan lambang negara untuk memberikan respons terkait kemelut Partai Demokrat. "Kala itu SBY menggunakan mimbar kepresidenan untuk menanggapi gonjang-ganjing di Demokrat,"ujarnya.

SBY, kata Hamdi, juga pernah menggunakan mimbar kepresidenan untuk memberikan tanggapan soal Ibas yang disebut mendapatkan aliran dana. Hamdi menilai, istana kenegaraan itu seharusnya digunakan untuk keperluan negara semata.

Kalau SBY mau mengimbau para menterinya, ujar Hamdi, seharusnya dia mengoreksi dirinya sendiri juga. "Mimbar negara mungkin hal sepele, namun sebenarnya ini hal yang sangat penting untuk diperhatikan,"ujarnya. n esthi maharani/dyah ratna meta novia ed: fitriyan zamzami

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement