REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Optimisme pelaku bisnis di dalam negeri pada triwulan III 2013 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Indeks tendensi bisnis (ITB) pada triwulan III 2013 mencapai 106,12 atau meningkat dibandingkan triwulan II 2013 yang 103,88.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, peningkatan optimisme pelaku bisnis terjadi pada seluruh sektor ekonomi. Peningkatan tertinggi terjadi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai ITB 110,60. Disusul sektor pengangkutan dan telekomunikasi (108,33), kemudian pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan (106,13).
“Ini terjadi karena adanya peningkatan pendapatan usaha dengan nilai indeks 107,32, penggunaan kapasitas produksi/usaha dengan indeks 105,74, dan rata-rata jumlah jam kerja dengan indeks 105,31,” kata Suryamin dalam konferensi pers di gedung BPS, Jakarta, Rabu (6/11).
Suryamin menjelaskan, pada triwulan IV 2013, ITB diproyeksikan mencapai 104,66. Indeks tersebut menunjukkan optimisme sedikit menurun. Akan tetapi, karena masih di atas 100, secara umum, optimisme pelaku bisnis masih baik. Semua sektor ekonomi pada triwulan IV 2013 juga diperkirakan mengalami peningkatan kondisi bisnis, kecuali sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan (98,23). Sedangkan, sektor konstruksi diproyeksikan mengalami peningkatan bisnis tertinggi pada triwulan IV 2013 dengan nilai ITB 110,20.
Penurunan optimisme pelaku bisnis di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurang baiknya musim karena ada hujan. Menurut Suryamin, ITB adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang datanya diperoleh dari survei tendensi bisnis (STB) yang dilakukan oleh BPS bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI).
ITB merupakan survei yang menggambarkan kondisi bisnis dan perekonomian. STB dilakukan setiap triwulan di beberapa kota besar di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah sampel STB triwulan III 2013 tercatat sekitar 2.500 perusahaan sedang dan besar dengan responden pimpinan perusahaan.
Pada bagian lain, Suryamin melanjutkan, peningkatan optimisme pelaku bisnis juga berjalan seiring dengan optimisme konsumen. Berdasarkan survei BPS, indeks tendensi konsumen (ITK) nasional pada triwulan III 2013 mencapai 112,02 atau meningkat dibandingkan triwulan II 2013 yang tercatat 108,02. “Peningkatan ini menunjukkan tingkat optimisme konsumen meningkat,” kata Suryamin.
Dia melanjutkan, membaiknya kondisi ekonomi konsumen didorong oleh meningkatnya tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan, bukan makanan, peningkatan pendapatan, serta rendahnya pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi.
Perbaikan kondisi ekonomi konsumen di tingkat nasional terjadi karena ada peningkatan kondisi ekonomi konsumen di semua provinsi (33 provinsi). Sebanyak 16 provinsi di antaranya (48,48 persen) memiliki nilai indeks di atas nasional. Provinsi dengan ITK tertinggi adalah DKI Jakarta dengan nilai ITK 118,09.
Pada triwulan IV 2013, nilai ITK nasional diperkirakan 109,86 atau lebih rendah dibandingkan triwulan III 2013. Meskipun begitu, sebagaimana ITB, angka tersebut masih menggambarkan tingkat optimisme konsumen masih baik karena nilainya di atas 100.
Perbaikan ITK terjadi di semua provinsi di Indonesia dengan 17 provinsi di antaranya (51,52 persen) diperkirakan memiliki nilai indeks di atas nasional. Provinsi yang memiliki ITK tertinggi adalah Bali dengan nilai 116,05. Sedangkan, terendah berada di Bengkulu dengan nilai 106,56.
ITK adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan BPS melalui survei tendensi konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen. Responden STK merupakan subsampel dari survei angkatan kerja nasional khusus di perkotaan. Jumlah respondennya mencapai 12.153 orang. n muhammad iqbal ed: eh ismail
DATA GRAFIS
Indeks Tendensi 2013
Keterangan Triwulan II Triwulan III Prediksi Triwulan IV
Pebisnis 103,88 106,12 104,66
Konsumen 108,02 112,02 109,86
Sumber: BPS
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.