REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Amerika Serikat (AS) menyatakan tak terburu-buru mencapai kesepakatan terkait program nuklir Iran. Pembicaraan antara Iran dan enam negara lainnya di Jenewa, Swiss, yang berakhir Sabtu (9/11) masih belum mencapai kesepakatan.
Pertemuan akan dilanjutkan pada 20 November mendatang. "Ini bukan berlomba untuk menyelesaikan sebuah kesepakatan apa pun. Melalui diplomasi kita memiliki tanggung jawab penuh untuk mencapai sebuah keputusan yang disepakati semua pihak,’’ katanya, Senin (11/11). Kerry menegaskan hal tersebut dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahayan di Abu Dhabi. Dalam acara 'Meet The Press' di stasiun televisi NBC, Kerry juga menyatakan hal serupa.
‘’Presiden Barack Obama sudah jelas sikapnya. Jangan terburu-buru. Kita tak dalam keadaan terburu-buru,’’ kata Kerry. Menurut dia, negara peserta pembicaraan nuklir Iran perlu mencapai satu pemahaman yang benar. Tak ada kesepakatan lebih baik daripada kesepakatan yang buruk.
‘’Kami memastikan mengikuti konsep tersebut,’’ ujar Kerry. Ia juga menepis kekhawatiran banyak pihak bahwa Iran bisa mengelabui AS. Menurut dia, pakar dan orang-orang yang selama ini memahami perlucutan program nuklir Iran ikut dalam pembicaraan di Jenewa.
Pemerintah AS, kata dia, tidaklah buta dan bodoh. Saat di Abu Dhabi, Kerry menyatakan, AS dalam isu nuklir Iran, AS tak akan mengabaikan kepentingan sekutunya di Arab maupun Israel. Mereka tak dibiarkan menghadapi potensi ancaman dari luar. Anggota parlemen AS merasa tak puas dengan perundingan yang berlangsung tanpa kesepakatan. Mereka berencana meningkatkan sanksi terhadap Iran. Ini mencegah Washington memberi berlimpah kemurahan kepada Iran.
Komisi Hubungan Luar Negeri di Senat, akan tetap pada keinginannya menambah sanksi. Mereka bakal bersidang pekan ini. ‘’Kami akan terus menekan Iran,’’ kata Bob Menendez, ketua komisi tersebut kepada ABC dalam acara This Week.
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius masih berharap kesepakatan dengan Iran dapat tercapai. Meski Iran masih harus berupaya mengatasi sejumlah hal. ‘’Kita tak jauh dari kesepakatan meski belum menggapainya,’’ kata dia, Senin (11/11).
Sejumlah diplomat menuding Prancis membuyarkan kesepakatan yang sebetulnya sudah diambang pintu. Karena sikap keras Prancis, tak ada hasil berarti di Jenewa. Namun, Fabius membantah hal itu. Ia menyatakan Prancis memiliki kebijakan luar negeri independen. Prancis tegas tetapi tidak kaku. ‘’Kami menginginkan perdamaian dan mencapai sebuah akhir.’’ Fabius menyatakan Iran harus menangguhkan pembangunan reaktor air berat Arak dan menghentikan pengayaan uranium hingga 20 persen.
Dua syarat ini akan meringankan sanksi bagi Iran. Ia membantah masuk ke persoalan perinci hingga menyebabkan kesepakatan di Jenewa tak tercapai. Dalam kunjungannya ke Teheran, Senin (11/11), Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano berharap menuai hasil.
Ia ingin, IAEA dan Iran bisa merampungkan kesepakatan teknis. Pakar dari kedua belah pihak kini dalam perundingan dan merampungkan hal-hal rinci kesepakatan. ‘’Saya mengharapkan ada saling pengertian dan kesepahaman terwujud.’’ n bambang noroyono/ap/reuters ed: ferry kisihandi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.