Selasa 26 Nov 2013 08:37 WIB
Dakwah

Dakwah Andalkan Teknologi Kian Marak

Dakwah bisa dilakukan melalui internet. Ilustrasi
Foto: kval.com
Dakwah bisa dilakukan melalui internet. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) dan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) tak lagi menggerakkan dakwah konvensional. Hanya mengandalkan pertemuan tatap muka. Kedua lembaga ini memanfaatkan teknologi untuk menjangkau jamaah.

Ikadi memilih untuk mendirikan stasiun radio, yaitu Suara Ikadi. Radio ini sudah mengudara satu bulan lalu. “Siarannya menyampaikan Islam yang memberikan kesejukan,” kata Ketua Umum Ikadi Satori Ismail, Senin (25/11).

Konten radio ini juga tak berisi perpecahan. Sebaliknya, sarat edukasi yang mencerdaskan. Satori menegaskan, Suara Ikadi merupakan salah satu strategi dakwah. Islam yang ia tampilkan adalah yang merupakan rahmat bagi semesta alam.

Ada program dialog, ceramah, diskusi, pemaparan hadis nabawi, tilawah Alquran, peradaban Islam, dan musik Islami. Menurut Satori, dakwah melalui radio dapat dinikmati siapa pun, di manapun, dan kapan pun. Mulai dari ibu rumah tangga, pekerja, hingga pelajar.

“Radio ini memberi informasi yang indah dari aspek akidah, akhlak, dan syariah. Apalagi, nanti menjelang pemilu orang akan makin panas. Kami ingin menampilkan Islam secara utuh,” ujar Satori. Ia meyakinkan, radio ini merangkul semua golongan.

Jika ada pertanyaan yang bersifat khilafiyah atau berbeda pendapat, akan dijelaskan hukumnya dan masyarakat dipersilakan untuk memilih. Artinya, umat tidak akan diarahkan mengenai mana yang bid’ah dan yang tidak.

Suara Ikadi bisa didengarkan di frekuensi AM 1152 setelah Subuh hingga pukul 21.00 WIB. Siaran radio ini mampu menjangkau Serang, Bekasi, Karawang, dan Jakarta. Satori menyatakan, studio siaran permanen masih dalam proses pembangunan.

Muslimat NU diminta tak hanya mengandalkan dakwah melalui pengajian. Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengatakan, mestinya mereka juga memanfaatkan Twitter dan media sosial lainnya.

“Muslimat NU harus melakukan dakwah dengan memanfaatkan Twitter atau blog, yang saat ini sudah banyak digunakan sebagai sarana komunikasi,” kata Khofifah di Batam setelah melantik pengurus wilayah Muslimat NU Provinsi Kepulauan Riau, Ahad (24/11).

Ia mengatakan, media sosial memiliki kekuatan besar sebab bisa memberikan informasi seketika. Semua orang dari belahan dunia manapun dengan mudah mengaksesnya. Saat ini, ia menjelaskan, dakwah sudah mengarah ke teknologi informasi.

Kecenderungan ini harus diikuti dan dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Muslimat NU. Khofifah mengatakan, setiap pengurus daerah Muslimat NU seharusnya memiliki divisi teknologi informasi yang mengelola website, blog, dan media sosial lain sebagai sarana dakwah.

“Muslimat NU harus berbenah, semua harus bekerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas demi kemajuan umat,” ujar Khofifah. Ia pun berpesan agar Muslimat NU bekerja sama dengan pemerintah menyelesaikan persoalan akhlak.

Masalah akhlak, kata Khofifah, bukan hanya melanda anak-anak dan remaja, melainkan juga pada kalangan dewasa dan tua. Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani yang hadir dalam acara tersebut meminta Muslimat NU ikut membangun karakter dan budi pekerti.

Sani mengeluhkan mengenai tingginya angka pengidap HIV/AIDS. Penyebaran penyakit ini, ia menjelaskan, tak lepas dari karakter dan budi pekerti masyarakat. Ia mendorong Muslimat NU bermitra dengan Komisi Penanggulangan HIV/AIDS mengatasi persoalan tersebut.

Ketua Muslimat NU Kepulauan Riau Nurjanah Kamila Ganilaza menyatakan, programnya nanti akan menitikberatkan pada keagamanaan. Langkah lainnya adalah peningkatkan keterampilan anggota dan masyarakat. n ani nursalikah /antara ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement