REPUBLIKA.CO.ID, Banyaknya jumlah penduduk Indonesia berdampak pula pada variasi talenta yang ada. Di Tanah Air, saat ini banyak bakat yang berani diadu dengan bakat dari negara lain. Salah satunya, bakat dalam pewarnaan komik. Memiliki minat di dunia komik sejak masih kecil membawa Sunny Gho serius menekuni dunia komik. Beruntung, kemampuan lelaki yang mengkhususkan diri dalam pewarnaan komik ini dilirik industri komik Hollywood.
Ia pun mendapat kesempatan menjadi pewarna sejumlah komik populer milik perusahaan komik raksasa Marvell, DC Comic, hingga Powergirl. Komik superhero, seperti “The Avengers” dan “Superman” pun tak luput dari goresan tangan Sunny. Selama ini, ia merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan yang diraihnya. Apalagi, di industri komik Hollywood kemampuannya tak pernah diremehkan.
Di sana, industri komik memang telah berkembang pesat. “Kemampuan kita pun dianggap selevel karena di sana komik bukanlah pekerjaan individu,” ujar Managing Director Makko Publishing itu.
Sunny menambahkan, saat ini banyak komikus Indonesia yang memiliki daya saing luar biasa. Terbukti, hingga sekarang ada sekitar 50 hingga 100 komikus Indonesia yang bekerja dengan industri komik asing. Selain karena industri komik dalam negeri belum menjanjikan, tawaran bekerja dengan industri komik asing memang jauh lebih menjanjikan.
Apalagi, masyarakat Indonesia, lanjut Sunny, lebih terbiasa dengan komik luar, seperti Amerika dan Jepang dibanding komik lokal. "Bayangkan, kita sudah dijejali komik luar itu dari tahun 80-an. Jadi, komik lokal memang masih susah diterima pasar dalam negeri," katanya. Saat ini, banyak pelaku industri komik Jepang yang tertarik dengan komikus Indonesia. Sebab, banyak komikus Indonesia yang dinilai bertalenta.
Apalagi, jika dibandingkan dengan komikus Jepang, daya tawar komikus Indonesia masih lebih murah. Sunny optimistis, komikus Indonesia akan terus beregenerasi. Melihat saat ini banyak anak-anak bangsa yang memiliki pengetahuan komik yang luas. Dengan kemajuan teknologi, komik dalam dan luar negeri akan dapat diakses dengan lebih mudah.
Menurut Sunny, kemajuan teknologi membuat generasi muda memiliki pengetahuan luar biasa soal komik. “Saat ini, tugas kita adalah menyiapkan 'lapangan' untuk mereka," ujar dia. Sayangnya, potensi anak muda Indonjesia yang besar tersebut masih belum diimbangi dengan jumlah lapangan kerja yang memadai.
Rajin Menciptakan Terobosan
Wira muda yang fokus di bidang seni pertunjukan Gianti Gigi juga mengakui banyaknya talenta muda Indonesia yang mampu bersaing dengan dunia internasional. Pemilik Gigi Art of Dance tersebut mengakui tari-tarian khas Indonesia sama sekali tak kalah dengan tarian modern dari negara lain.
Hanya saja, dibutuhkan cara pengemasan dan pengenalan yang lebih populer pada dunia luar. Sebab, banyak komunitas tari di Indonesia yang masih belum tahu bagaimana mengenalkannya ke dunia internasional. "Tarian Indonesia sebenarnya sangat berdaya saing. Termasuk, dengan tarian dari negara lain," ungkap wanita yang akrab disapa Gigi ini.
Sebagai penari yang telah melanglang buana, Gigi kerap menyelipkan unsur Indonesia dalam tarian modern yang menjadi ciri khasnya. Ia juga tak segan memadu padankan berbagai tarian khas Indonesia dalam satu koreografinya. Menurut Gigi hal tersebut jangan dipandang sebagai kesalahan. Tapi, justru sebagai terobosan. Meski, tak jarang terobosan yang ia lakukan menuai pro kontra.
"Pernah suatu waktu saya ditegur karena membawakan tarian topeng Betawi. Tapi, batik yang saya kenakan dirasa kurang pas,” kenang Gigi. Menurut dia, hal itu sebenarnya adalah bagian kebebasan berekspresi. Gigi berharap, ke depannya para pelaku seni pertunjukan, khususnya tari, dapat meningkatkan standar diri. Maksudnya, tak hanya sekadar bisa menari, tapi mampu menularkan kemampuannya pada banyak orang.
Dengan begitu, akan lebih banyak lagi talenta-talenta baru lahir di dunia seni pertunjukan. Sementara, untuk elemen pendukung seni pertunjukan, semisal fasilitas gedung pertunjukan, Gigi berharap, elemen-elemen tersebut dapat lebih dikembangkan di Indonesia. Jadi, kata dia, kreator tidak sekadar menyediakan panggung apa adanya. Tapi, sudah bisa lebih keren dan kreatif," ujar Gigi.
Jangan Sampai Lupa HKI
Meski industri kreatif terus berkembang, sayangnya kreator Indonesia masih banyak yang mengabaikan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Padahal, HKI merupakan pelindung ide dan karya dari pembajakan yang makin marak terjadi di negeri ini. Apalagi, di bidang seni musik dan pertunjukan. Dua sektor industri kreatif yang memiliki potensi pasar yang luas.
Dikutip dari situs Pekankreatif.com, Direktur Pengembangan Seni Musik dan Pertunjukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Juju Masuna mengatakan, HKI adalah bagian penting dalam proses penciptaan produk kreatif. Terutama, dalam bidang musik dan seni pertunjukan.
Pembajakan di bidang seni musik dan pertunjukan yang marak terjadi, tak lepas dari banyaknya kreator seni yang belum tahu dan paham pentingnya HKI.
Juju menekankan, saat ini sosialisasi HKI sangat penting dilakukan. Tapi, hal ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan juga tanggung jawab berbagai institusi terkait. Salah satunya, lembaga pendidikan yang memiliki jurusan seni.
Hal berbeda diungkapkan Pakar HKI Ari Juliano. Menurut Ari, pada dasanya dalam beberapa tahun terakhir telah banyak pelaku industri yang sadar dan tahu akan pentingnya HKI. Banyak juga dari mereka yang telah mendaftarkan HKI yang dimilikinya.
Namun, hendaknya kesadaran dari para pelaku industri kreatif untuk mendaftarkan HKI ini didukung instansi yang berwenang. Sebab, yang sering terjadi, proses pendaftaran HKI masih tergolong sulit di Indonesia. "Selama ini, proses pendaftaran HKI masih sulit, khususnya di luar Jakarta," tegasnya.
Di Indonesia sendiri terdapat enam jenis HKI. Mulai dari, Hak Cipta, Merek atau Logo, Desain Industri, Hak Paten, Hak Dagang, hingga Desain Tata Letak. n gita amanda ed: setyanavidita livikacansera
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.