Selasa 10 Dec 2013 05:55 WIB

Bank Syariah di Enam Negara Melonjak

Red: Zaky Al Hamzah
keuangan syariah/ilustrasi
Foto: alifarabia.com
keuangan syariah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA -- Berdasarkan laporan Persaingan Bank Syariah Global 2013-2014, enam negara Islam mengalami pertumbuhan pasar perbankan secara signifikan. Enam negara yang mengalami pertumbuhan perbankan syariah itu, dikutip dari CPI Financial, adalah  Qatar, Indonesia, Arab Saudi, Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Turki (QISMUT).

Laporan yang diumumkan dalam Konferensi Perbankan Syariah Global di Manama, Bahrain, aset di enam negara itu sebesar 78 persen dari seluruh perbankan syariah di seluruh dunia. Sedangkan, total aset perbankan syariah di seluruh dunia mencapai 1,72 triliun dolar AS. Angka ini meningkat dari jumlah aset di 2012 yang hanya mencapai 1,54 triliun dolar AS.

Aset itu berasal dari bank syariah murni--di Indonesia disebut bank umum syariah (BUS) dan bank komersial yang menyediakan layanan secara Islami (biasa disebut unit usaha syariah atau UUS). Kepala Keuangan MENA di Ernst & Young, Gordon Bennie meyakini kesuksesan dari perbankan syariah tergantung dari pertumbuhan aset mereka. Selain itu, tambah dia, kualitas dari pertumbuhan tersebut. Pertumbuhan juga terjadi sangat cepat di keenam negara QISMUT  karena pola perdagangan yang kini mendukung pasar perbankan syariah. Bank dengan konektivitas yang kuat akan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ini.

Anggota dari Pusat Perbankan Syariah Global di Ernst & Young, Ashar Nazim, mengatakan Bahrain dan enam negara dengan pertumbuhan tertinggi adalah pasar penting bagi industri perbankan syariah di masa mendatang. Ia pun berharap pertumbuhan rata-rata per tahun (CAGR) di enam negara itu bisa mencapai 1,6 triliun AS di 2018. Sedangkan, angka pertumbuhan di 2012 untuk enam negara mencapai 567 miliar dolar AS.