Kamis 12 Dec 2013 05:35 WIB
Perdamaian Palestina-Israel

Israel-Palestina Bersatu di Laut Mati

Laut Mati
Foto: Republika/Darmawan
Laut Mati

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dessy Suciati Saputri

Di meja perundingan damai, Israel dan Palestina memang harus mendaki jalan terjal. Bertahun-tahun, kesepakatan damai tak kunjung tercapai. Namun, di Laut Mati, dua negara yang telah berkonflik selama puluhan tahun itu, menemukan kata sepakat.  

Seperti dilaporkan BBC News, Israel, Palestina, dan Yordania telah menandatangani kesepakatan pembagian air di Laut Mati. Proyek ini sebenarnya telah dibahas selama bertahun-tahun. Namun, baru pada Senin (9/12) kesepakatan ditandatangani.

Penandatanganan dilakukan di markas besar Bank Dunia di Washington DC oleh Menteri Energi Israel Silvan Shalom, Kepala Otoritas Air Palestina Shaddad Attili, dan Kepala Departemen Air Yordania Hazim el-Naser. Diperkirakan, proyek ini akan menelan biaya sebesar 250 juta dolar AS hingga 400 juta dolar AS.

''Kerja sama ini merupakan langkah maju mengingat tidak berkembangnya pembicaraan damai  antara Israel dan Palestina,'' komentar wartawan BBC di Yerusalem, Kevin Connolly.

Berdasarkan kesepakatan itu, akan dibangun pabrik desalinasi di Yordania, yang diproyeksikan menghasilkan 80 juta meter  kubik hingga 100 juta meter kubik air tawar per tahun. Dari pabrik desalinasi itu, sebuah pipa akan dibangun untuk mengalirkan air asin dari Laut Merah ke Laut Mati. Air hasil desalinasi itu akan didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan air tawar di tiga negara tersebut.

Namun, tak sedikit pihak yang mengkritik kesepakatan ini. Para pengkritik umumnya mengkhawatirkan dampak yang bakal muncul  pada ekosistem Laut Mati yang mulai rapuh. Volume air Laut Mati terus menyusut dari tahun ke tahun.

Riset menunjukkan, permukaan air Laut Mati menurun sebanyak satu meter per tahun. Salah satu penyebabnya adalah volume air Sungai Yordan yang juga menyusut tajam akibat irigasi. Bahkan, sudah ada prediksi, Laut Mati yang memiliki kandungan garam sangat tinggi, akan kering kerontang pada 2050.

Laut Mati kaya akan garam dan kandungan mineral lainnya. Itu sebabnya manusia dapat mengapung di permukaan Laut Mati. Keunikan ini membuat Laut Mati menjadi salah satu magnet wisata dunia.

Salah satu kelompok pencinta lingkungan yang sangat prihatin dengan kondisi Laut Mati dan kesepakatan yang baru saja dibuat oleh Yordania, Israel, dan Palestina yaitu kelompok Friends of the Earth Middle East. Organisasi ini bahkan telah melakukan penelitian tentang bagaimana sebaiknya air Laut Mati itu diperlakukan sebelum digunakan dalam proyek tersebut.

Menurut kelompok ini, hadirnya air  dari Laut Merah ke Laut Mati, sebagaimana telah disepakati oleh tiga negara tersebut, akan memengaruhi ekosistem  Laut Mati. n ed: wachidah handasah

 

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement