Selasa 17 Dec 2013 07:40 WIB
Industri Syariah

Bank Syariah Tumbuh 23 Persen

Bank Syariah Mandiri
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Bank Syariah Mandiri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, sejauh ini kinerja dan pertumbuhan industri perbankan syariah terbilang cukup baik. “Secara industri pertumbuhan perbankan syariah, baik bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS), hingga Oktober 2013 mencapai 23 persen (year on year),” ujar Agus saat membuka “Seminar Outlook Perbankan Syariah 2014” di Jakarta, Senin (16/12).

Dia menyebutkan bahwa total aset perbankan syariah hingga Oktober 2013 mencapai Rp 299,5 triliun, total pembiayaan Rp 179 triliun, dan total simpanan Rp 174 triliun. “Layanan perbankan syariah pun terus berkembang,” ujarnya.

Agus mengatakan, saat ini jumlah BUS ada 11 unit, UUS ada 23 unit, dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebanyak 160 unit. “Bertambahnya jaringan kantor berdampak positif dari peningkatan jumlah rekening dana di bank syariah menjadi 12 juta rekening. Financing deposit ratio (FDR) atau rasio pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) sudah mencapai 100 persen dengan prioritas pembiayaan ke usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM),” kata Agus.

Bahkan dari sisi ketahanan, Agus melanjutkan, perbankan syariah mampu menjaga rasio kecukupan modal berkisar 14-15 persen dan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) cukup terkendali pada dua hingga tiga persen. “Seiring tekanan ekonomi dan menurunnya sektor riil, target pangsa pasar target perbankan syariah lima persen dari total industri perbankan belum dapat direalisasikan pada 2013,” ujarnya menjelaskan.

Agus mengakui, sepanjang 2013, dampak makroekonomi atas krisis keuangan global memang melambatkan laju pertumbuhan ekonomi hingga di bawah enam persen. Hal ini memengaruhi industri perbankan syariah nasional. Ia berharap kondisi perekonomian global membaik dan geliat ekonomi domestik semakin positif.

Direktur Eksekutif  Departemen Perbankan Syariah BI Edy Setiadi mengemukakan, BI memproyeksikan pangsa pasar (market share) perbankan syariah akan mencapai 5,25-6,25 persen dalam peta perbankan nasional pada akhir 2014 dengan tiga skenario pertumbuhan. “Kami memperkirakan pasar perbankan syariah 5,25-6,25 persen berdasarkan tiga skenario pertumbuhan, skenario pesimis, moderat dan optimis,” kata Edy.

Edy menjelaskan, untuk skenario pesimis, tekanan ekonomi, khususnya pengaruh eksternal, yaitu defisit transaksi perdagangan dan nilai tukar masih menghambat kinerja sektor riil.

Untuk skenario tersebut, ia melanjutkan, diperkirakan total aset perbankan syariah sebesar Rp 255,2 triliun dan total dana pihak ketiga (DPK) Rp 209,66 triliun serta total pembiayaan Rp 216,72 triliun.

“Sedangkan skenario moderat, sumber dana lain, seperti dana haji, private placement, dan lainnya dapat dimanfaatkan oleh perbankan syariah. Selain itu, GRES (Gerakan Ekonomi Syariah) juga efektif untuk meningkatkan sumber dan pemanfaatan dana,” ujar Edy.

Sementara dengan skenario moderat, total aset diperkirakan sebesar Rp 283,57 triliun dan total DPK Rp 220,69 triliun serta total pembiayaan Rp 228,13 triliun.

Untuk skenario optimis, menurut Edy, dapat tercapai apabila kinerja sektor riil dapat segera pulih pada 2014, perbankan syariah mampu memanfaatkan sumber dana lain, efektifnya GRES dalam meningkatkan sumber dan pemanfaatan dana.

“Selain itu, skenario optimis juga dapat terealisasi apabila ada interkoneksi dan menguatnya dukungan bank induk atau grup serta realisasi bank BUMN Syariah,” kata Edy.

Untuk skenario optimis, diperkirakan total aset mencapai Rp 311 ,92 triliun dan total DPK Rp 232,82 triliun serta total pembiayaan Rp 239,54 triliun. n ichsan emrald alamsyah/antara ed: irwan kelana

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement