Kamis 02 Jan 2014 08:25 WIB
Politik Korut

Kim Jong-un Puas dengan Pembersihan

 Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un didampingi oleh sejumlah perwira militer menyaksikan latihan militer  di sebuah pangkalan udara Korea Utara.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un didampingi oleh sejumlah perwira militer menyaksikan latihan militer di sebuah pangkalan udara Korea Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengeluarkan pernyataan pertama terkait eksekusi Chang Sang-thaek yang tak lain adalah pamannya sendiri. Meski tidak menyebut nama secara langsung, Kim merasa puas dengan pembersihan di tubuh partai.   

Dalam pidato Tahun Barunya, Kim mengatakan partai komunis berkuasa menjadi lebih kuat sejak pembersihan 'duri-duri' di dalam tubuh partai.

“Partai kami mengambil tindakan tegas untuk menyingkirkan 'kotoran' yang meresap ke faksi partai, hal ini meningkatkan persatuan kami hingga 100 kali," ujar Kim dalam sebuah siaran televisi.

Eksekusi mati Chang Song-thaek terbilang mengejutkan karena sebelumnya ia dianggap sebagai orang nomor dua di Korut. Chang merupakan paman dari pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un.

Ia menikahi Kim Kyong-hui yang tak lain bibi Kim Jong-un pada 1972. Chang Song-thaek dieksekusi mati setelah terbukti hendak melakukan kudeta dan korupsi. 

Sejumlah pihak menyinyalir, vonis terhadap Chang dipandang sebagai pengakuan adanya perselisihan dan hilangnya kontrol oleh dinasti Kim yang berkuasa.

Analis menganggap bahwa Kim Jong-un sedang melakukan “pembersihan”. Dia ingin menguatkan posisinya sebagai orang nomor satu di Korut.

“Langkah penyingkiran Chang mungkin telah disetujui oleh Kim Kyong-hui,” ujar analis Hong Hyun-ik dari Institut Sejong di Korsel. “Dia mungkin menolak hukum mati, tapi setuju dengan pemecatan Chang.”

Presiden Korea Selatan Park Geun-hye telah menyatakan kekhawatirannya atas eksekusi tersebut. Menurutnya, situasi di Semenanjung Korea semakin tidak menentu pascaeksekusi tersebut.

Namun dalam pernyataannya, Kim Jong-un justru berharap dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan Korea Selatan meski 'awan gelap' perang nuklir, kata dia, masih membayangi Semenanjung Korea. “Jika sekali lagi perang di wilayah ini, ini akan menimbulkan bencana nuklir besar dan Amerika Serikat tidak akan terhindar dari itu.

Kedua negara secara teknis masih berada di bawah gencatan senjata untuk mengakhiri Perang Korea tahun 1950-1953. Namun, ketegangan kedua negara pecah tahun lalu.  Korut mengancam menyerang Korsel setelah Seoul mendukung sanksi PBB pascauji coba nuklir ketiga mereka walaupun serangan itu hingga kini belum ada yang terbukti.

Korut juga menutup kawasan industri bersama Kaesong, tapi akhirnya dibuka kembali setelah tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak.

Hingga saat ini, AS masih mempertahankan 28.500 tentaranya di Korsel dalam pertahanan melawan Korut. Seorang ahli Korut di Universitas Kyungnam Korsel mengatakan, ada dorongan kuat dalam pesan tahun ini untuk meningkatkan hubungan Pyongyang dengan Seoul. Namun, ini tak berarti Korut akan mengambil langkah dramatis dalam waktu dekat.

Para pengamat mengatakan, Kim telah bersumpah untuk meningkatkan standar hidup rakyatnya. Ini dapat dikaitkan dengan komentar peningkatan hubungan baik antar-Korea, yang dipandang perlu untuk mendorong investasi dan bantuan yang dibutuhkan. n gita amanda/ap/reuters ed: teguh firmansyah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement