Senin 13 Jan 2014 08:17 WIB

Presiden Prancis Francois Hollande dan Isu Selingkuh

Red: Zaky Al Hamzah
Francois Hollande
Foto: REUTERS
Francois Hollande

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dessy Suciati Saputri

Presiden Prancis Francois Hollande selingkuh? Benarkah? Pertanyaan inilah yang berputar-putar di benak warga Prancis hari-hari ini. Rumor itu pun membuat Prancis terasa lebih riuh dari biasanya. Tak hanya warga Prancis, tetapi isu tersebut juga menjadi kabar menarik bagi masyarakat di belahan dunia lain.

Sebenarnya, isu Hollande berselingkuh telah beredar di Prancis selama berbulan-bulan. Namun, kabar itu “meledak” setelah majalah Prancis, Closer, edisi Jumat (10/1) memuatnya menjadi laporan mendalam. Disebutkan dalam laporan yang disertai foto-foto itu, orang nomor satu di Prancis ini menjalin hubungan gelap dengan seorang bintang film, Julie Gayet.

Di bawah judul “Francois Hollande dan Julie Gayet - Cinta Rahasia Sang Presiden”, majalah ini menampilkan laporan khusus setebal tujuh halaman. Disebutkan, Presiden berusia 59 tahun itu kerap mengendarai skuternya membelah Kota Paris untuk menghabiskan malam di flat kekasih gelapnya yang berusia 41 tahun itu.

Marah oleh laporan tersebut, Hollande mengancam melakukan langkah hukum terhadap Closer. Kepada kantor berita AFP, ia mengutuk laporan itu dan menyebutnya sebagai serangan terhadap hak privasi. Meski mengutuk dan mengancam menggugat majalah tersebut, Hollande tak pernah menyangkal isu perselingkuhan itu.

Sebelum Closer membuat laporan ini, majalah mingguan lainnya, yakni L'Express pernah pula menulis soal dugaan perselingkuhan sang presiden. Dalam edisinya bulan lalu, L'Express menyatakan, para pengawal presiden sangat mengkhawatirkan “petualangan” Hollande.

Perselingkuhan Hollande-Gayet pun membuat publik bertanya-tanya, akan dikemanakan Valerie Trierweiler, wanita yang selama ini dikenal sebagai “pasangan resmi” Hollande. Siapakah yang akan mendampingi Hollande dalam kunjungan ke Amerika Serikat (AS), bulan depan? Gayet atau Trierweiler?

Entahlah. Yang jelas, Trierweiler yang berprofesi sebagai wartawati, selama ini tinggal bersama Hollande di kediaman resmi Presiden Prancis, Istana Elysee. Patut pula dicatat, demi hidup bersama Trierweiler, Hollande rela meninggalkan Segolene Royal, politisi sosialis yang juga ibu dari empat anak Hollande.

Kini, menyusul laporan panas dari Closer, Hollande tampaknya mulai menuai badai. Sebuah harian Prancis bahkan menyebut laporan itu sebagai badai besar bagi sang presiden. Pada saat yang sama, muncul pula tekanan kuat agar Hollande mengklarisikasi isu hubungan gelapnya.

Seperti dilansir BBC News, Sabtu (11/1), Hollande dijadwalkan menyampaikan pengumuman resmi mengenai sejumlah kebijakan penting Prancis pada Selasa (14/1). Namun, menurut koresponden BBC di Paris, Hugh Schofield, ada kemungkinan Hollande dipaksa membuat pernyataan resmi terkait rumor perselingkuhan itu untuk menjernihkan masalah.

“Boleh jadi Hollande berpikir bahwa masalah percintaannya adalah masalah pribadi. Tapi nyatanya, sekarang hal itu sudah diketahui masyarakat luas sehingga ia perlu menjelaskan yang sesungguhnya,” ujar Schofield.

Sebagai presiden, Hollande yang dilantik pada Mei 2012, tak lagi menikmati popularitas yang mencorong di kalangan rakyat. Survei November lalu menunjukkan, hanya 15 persen rakyat Prancis yang memberi dukungan kepadanya. Ini merupakan dukungan terendah terhadap Presiden Prancis dalam 50 tahun terakhir. Apakah rendahnya popularitas Hollande disebabkan isu perselingkuhan itu? Bisa jadi.

Namun, selama ini Prancis dikenal sebagai negeri yang toleran terhadap perselingkuhan para pemimpinnya. Sejarah mencatat, perselingkuhan bukan hal baru di kalangan presiden dan politikus Prancis. Mantan presiden Jacques Chirac misalnya, diyakini memiliki banyak kekasih gelap. Begitu pun pendahulunya, Francois Mitterrand. Ia bahkan dikabarkan mempunyai seorang anak perempuan dari pasangan selingkuhnya.

Selain itu, Valery Giscard d'Estaing setali tiga uang. Ia bahkan menerbitkan buku yang antara lain berisi perselingkuhannya dengan Putri Diana dari Inggris. n ap/reuters ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement