REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan dinilai kehilangan momentum karena tidak mendeklarasikan calon presidennya pada hari ulang tahun (HUT) partai. Elektabilitas partai juga dinilai cenderung menurun karena tidak mengumumkan capres sebelum Pemilu Legislatif (Pileg) 2014.
Pengamat psikologi politik dari Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk, menilai pengumuman calon presiden dari PDI Perjuangan setelah pemilu legislatif akan merugikan partai berlambang banteng moncong putih tersebut. "Kalau pengumuman capres PDI Perjuangan setelah pemilu legislatif, maka kemungkinan perolehan suara partai itu bisa turun," kata Hamdi Muluk, di Depok, akhir pekan lalu.
Menurut dia, dalam beberapa survei yang dilakukan berbagai kalangan juga menunjukkan bahwa elektabiltas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) meningkat, tetapi elektabilitas PDI Perjuangan turun. "Ini artinya, apakah rakyat mulai marah karena PDI Perjuangan belum juga menentukan calon presidennya?" katanya.
Menurutnya, hal itu yang diinginkan oleh lawan-lawan politik PDI Perjuangan. Sebab, jika PDI Perjuangan mengumumkan capresnya sebelum pemilu legisatif, popularitas PDI Perjuangan akan melesat jauh meninggalkan partai lainnya. "Kalau PDI Perjuangan mengumumkan Jokowi sebagai capresnya, maka popularitas akan naik," jelasnya.
Lawan-lawan politik PDI Perjuangan, kata dia, memang menginginkan partai tersebut tidak segera mengumumkan capresnya dan lebih lagi tak mencalonkan Jokowi sebagai calon presidennya. "Kalau PDI Perjuangan mencalonkan Jokowi, tentunya partai-partai lain sulit untuk mengalahkannya," ujarnya.
Ia mengatakan, data-data yang tidak dipublikasikan menunjukkan elektabilitas Jokowi sudah mencapai 52 persen. Ini sudah di atas ambang atas psikologis. "Seharusnya, PDI Perjuangan bisa tanggap membaca kehendak rakyat," katanya.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan Effendi Simbolon mengatakan pengurus DPP tetap akan menyerahkan keputusan capres-cawapres PDI Perjuangan kepada Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. "Bu Mega sudah diberi mandat oleh kongres dan diperkuat lewat Rakernas ke-III PDIP untuk menentukan capres-cawapres. Kapan waktunya, Itu hak beliau," ujarnya.
Effendi menyatakan, Megawati sama sekali tidak tersinggung dengan sikap para kader yang lebih menjagokan Jokowi sebagai capres. Sebaliknya, Megawati justru merasa bangga karena proses regenerasi kepemimpinan yang dia bangun di partai berjalan baik.
Menurutnya, desakan kader untuk lebih mendorong Jokowi menjadi capres tidak akan memecah belah PDI Perjuangan. Effendi menyatakan, partainya sudah terbiasa menghadapi dinamika perbedaan internal. "Itu sudah biasa. Kami sebagai kader tetap yakin dengan bekal ideologi kami," ujarnya. n muhammad akbar wijaya/antara ed: muhammad fakhruddin
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.