Kamis 16 Jan 2014 08:41 WIB
Kematian Hewan

Kebun Binatang Surabaya Kembali Jadi Kuburan

Seekor unta kurus di Kebun Binatang Surabaya
Foto: Richard Shears/MailOnline
Seekor unta kurus di Kebun Binatang Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kebun Binatang Surabaya (KBS), Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), lagi-lagi menjadi kuburan bagi satwanya. Kali ini seekor anak kambing gunung betina yang berusia lima bulan ditemukan mati di kandangnya, Selasa (14/1) petang.

Direktur Operasional Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) KBS Liang Kaspe mengatakan, kambing itu berasal dari pemberian pihak lain. Hewan itu lalu diletakkan di kandang yang terpisah dari kandang kambing yang asli.

Manajemen PDTS KBS memang menempatkan kandang hewan pemberian terpisah dengan kandang hewan asli. Ia menambahkan, pihaknya harus melakukannya karena jika kambing pemberian itu langsung dicampur dengan satwa kambing yang asli dalam satu kandang, dikhawatirkan akan mengakibatkan perkelahian antara keduanya.

“Namun, Selasa (14/1) sore sekitar jam 17.30-18.00 WIB, seekor anak kambing gunung pemberian itu mati di kandangnya,” katanya saat ditemui di KBS, Rabu (15/1).

Anak kambing malang itu kemudian dibawa ke karantina dan diautopsi oleh PDTS KBS. Hasil autopsi menyebutkan bahwa kematian anak kambing itu disebabkan adanya memar atau trauma pada daerah leher kiri di dekat kepala. Memar itu ditunjukkan otot yang berwarna kebiru-biruan dan ada beberapa pembuluh darah kecil yang pecah. Namun, organ-organ lain seperti paru-paru, usus normal. “Jadi kematian anak kambing murni karena kecelakaan,” katanya.

Ditanya mengenai penyebab kematian satwa itu, pihaknya mengaku tidak tahu karena tidak ada saksi yang melihat langsung bagaimana kambing itu mati. Namun, Liang menyebutkan ada beberapa kemungkinan. Pertama, kambing itu mati karena ditabrak oleh rusa yang berada di sebelahnya. Kemungkinan kedua, hewan malang itu ditabrak oleh sesama kambing yang berukuran besar.

Namun, Liang menegaskan bahwa kambing itu mati secara wajar. Untuk mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang, Liang mengklaim bahwa PDTS KBS telah melakukan beberapa langkah antisipasi. Langkah pertama, menempatkan satwa-satwa di kandang sesuai dengan tingkah lakunya. Langkah kedua, memperhatikan dan memperbaiki rasio jenis kelamin (sex ratio).

Artinya harus ada penataan rasio hewan berjenis kelamin jantan dengan hewan berjenis kelamin betina agar sama-sama seimbang. Selain itu, PDTS KBS juga akan menempatkan kamera pengawas (CCTV) di seluruh titik KBS. Tetapi, pihaknya merahasiakan tempat-tempat CCTV. “CCTV itu akan dipasang pekan ini, paling lambat pekan depan,” ujarnya.

Kematian kambing gunung menambah sorotan pada KBS. Sebab, pada 7 Januari lalu, seekor singa tewas dalam kondisi tergantung di kandangnya.

Kematian singa Afrika berumur 1,5 tahun bernama Michael itu mengundang sorotan luas media dunia. Bahkan, media Inggris, Daily Mail menyebut KBS sebagai "zoo of death" atau kebun binatang kematian.

Reporter Daily Mail Richard Sears yang saat itu mengunjungi KBS menggambarkan KBS sebagai tempat paling mengerikan dan kejam untuk hewan di dunia. Bahkan, dia menyebutnya "kebun binatang kematian" karena banyaknya hewan yang mati di KBS.

Data pengelola Kebun Binatang Surabaya menunjukkan bahwa sekitar 130 satwa mati dalam sembilan bulan terakhir. Penyebabnya antara lain karena serangan penyakit dan kurangnya sarana yang memadai. Selain itu, sumber daya yang berkualitas untuk merawat satwa juga minim.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menilai rentetan kematian hewan di KBS adalah hal tak wajar. Ia menengarai ada pihak-pihak yang punya kepentingan tertentu. "Saya sepakat, kematian singa tidak wajar. Tapi, itu semua kewenangan pihak kepolisian. Saya berharap penegak hukum bisa mengusut tuntas kasus ini," ujarnya.

Risma juga menjelaskan seluk-beluk persoalan yang selama ini melanda KBS. Tak dapat dimungkiri bahwa kondisi satwa KBS yang memprihatinkan lantaran adanya konflik berkepanjangan pengelolaan kebun binatang antara Pemerintah Kota Surabaya dengan pengelola lama.

Hingga kini konflik pengelolaan KBS masih belum ada putusan resmi. Keinginan Pemkot Surabaya adalah mengambil alih pengelolaan KBS dengan tujuan ingin mengembalikan kejayaan kebun binatang yang sudah ada sejak zaman Belanda itu.

"Dulu, KBS bahkan sempat menyandang predikat kebun binatang terbesar di Asia Tenggara," katanya. Setelah melewati proses panjang, kini KBS dikelola oleh Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) KBS.

Selain persoalan hewan tewas, KBS juga dihantui oleh hilangnya ratusan satwa. Karena persoalan ini, Risma mengaku akan melapor ke Komisi Pemberantasan Korupsi. n rr laeny sulistyawati ed: abdullah sammy

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement