Kamis 23 Jan 2014 07:55 WIB
Krisis Ekonomi Dunia

Berharap pada Ekonomi Global

Krisis Ekonomi (ilustrasi)
Foto: ©hangthebankers
Krisis Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Friska Yolandha

Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan global tahun ini. Kenaikan pertumbuhan didorong oleh percepatan ekspansi di Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Ekonomi global diperkirakan akan tumbuh 3,7 persen. Perkiraan ini naik dari 3,6 persen yang dirilis IMF pada Oktober 2013.

Dalam proyeksi ekonomi yang dirilis di Washington, produk domestik bruto (PDB) AS akan naik 2,8 persen dari 2,6 persen. Sedangkan, PDB Jepang akan naik 1,7 persen dari 1,2 persen. Selain itu, PDB Inggris akan tumbuh 2,4 persen dari 1,9 persen. “Di negara maju, kesenjangan pendapatan umumnya tetap besar dan kebijakan moneter harus tetap akomodatif,” tulis laporan IMF, seperti dilansir Bloomberg.

Bank-bank sentral AS, Jepang, dan kawasan Eropa menghadapi tingkat inflasi di bawah target. Selain itu, mereka perlu melakukan akselerasi ekonomi dengan sejumlah kebijakan, termasuk suku bunga acuan yang mendekati nol persen dan program pembelian obligasi.

Ekonom IMF Olivier Blanchard mengatakan, proyeksi pertumbuhan ini telah memasukkan rencana penarikan stimulus ekonomi (tapering off) oleh bank sentral AS (the Fed) dan rencana kenaikan suku bunga acuan the Fed pada 2015. The Fed sebelumnya telah mengumumkan rencana tapering dengan mengurangi pembelian obligasi dari 85 miliar dolar AS menjadi 75 miliar dolar AS.

Dari sejumlah risiko yang akan dihadapi negara maju, IMF mengutip “inflasi yang sangat rendah” di kawasan Euro. Risiko ini akan menjadi lebih signifikan dan meningkatkan prospek inflasi yang lebih rendah untuk jangka panjang.

Meskipun memandang optimistis pada proyeksi negara maju, IMF menilai prospek negara berkembang tetap memiliki risiko penurunan. Hal ini disebabkan oleh volatilitas di pasar negara berkembang. “Permintaan eksternal yang lebih kuat dari negara maju akan mengangkat pertumbuhan meskipun kelemahan dalam negeri tetap menjadi perhatian,” tulis IMF.

Permintaan domestik di negara berkembang dinilai masih tetap lemah karena kondisi keuangan yang ketat sejak pertengahan 2013. Brasil diproyeksikan tumbuh 2,3 persen dibandingkan proyeksi Oktober sebesar 2,5 persen. Sedangkan, prospek Rusia dipangkas menjadi dua persen.

Ekonomi terbesar kedua dunia, Cina, diperkirakan tumbuh 7,5 persen atau lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya yang hanya 7,3 persen. Sedangkan, tahun lalu Cina tumbuh 7,7 persen.

Pertumbuhan Cina akan naik kembali pada semester II 2013, terutama karena akselerasi investasi. Kemajuan lebih lanjut diperlukan dalam menyeimbangkan permintaan domestik dan investasi secara efektif untuk mencapai stabilitas keuangan.

Untuk Indonesia, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat pada 2014 dan hanya tumbuh 5,3 persen. Ini berarti terjadi penurunan pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya yang menurut catatan Bank Dunia mencapai 5,6 persen.

Ekonomi Indonesia akan membaik lagi pada 2015 dan 2016 meski tetap masih di bawah pertumbuhan pada 2013, yaitu di level 5,5 persen. Konsumsi masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional, disusul investasi dan ekspor. Meskipun demikian, Indonesia masih mencatat pertumbuhan tinggi di kawasan setelah Cina. n ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement