REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Hafil dari Madinah
MADINAH — Sekolah Indonesia di Arab Saudi membutuhkan gedung permanen. Hal tersebut diperlukan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar bagi anak-anak pekerja migran Indonesia di sana.
Menurut Kepala Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ) Masduki, pihaknya memiliki banyak masalah mendasar. Yaitu, di Jeddah sejak sekolah Indonesia pertama kali didirikan, belum pernah memiliki gedung sekolah sendiri. “Kami selalu pindah-pindah sekolah begitu sewa tempat habis, sepanjang sejarah, kami sudah empat tahun berpindah tempat,” kata Masduki saat acara silaturahim dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh di SIJ, Jeddah, akhir pekan lalu.
Untuk saat ini, kontrak bangunan yang digunakan sebagai tempat mengajar akan habis. Sehingga, pihaknya masih kebingungan untuk mencari tempat yang layak.
Masduki memaparkan bahwa bangunan sekolah yang ada saat ini tidak layak. Bangunan itu hanya berupa rumah atau vila milik warga Arab Saudi yang disewakan. Bangunan tersebut tidak cukup digunakan untuk menampung seluruh siswa yang berjumlah 1.040 orang dari seluruh tingkatan tersebut.
Hingga akhirnya, jam pelajaran dibagi dalam dua shift. Yaitu, pagi hingga siang dan siang hingga sore. “Intinya, dengan kondisi itu kami ingin pindah ke gedung yang permanen dan layak,” ujar Masduki.
Masduki berharap pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan segera membangun gedung yang layak. “Mudah-mudahan pemerintah memberikan kado berupa gedung sekolah permanen untuk kami,” kata Masduki.
Untuk diketahui, saat ini di Arab Saudi ada tiga unit sekolah Indonesia dengan tingkat pendidikan mulai TK hingga SMA. Yakni, dua sekolah di Jeddah, satu sekolah di Riyadh, dan satu sekolah di Makkah.
Kepala Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) Burhanudin menambahkan, Pemerintah Arab Saudi sangat ketat dalam mengawasi bangunan yang digunakan untuk sekolah Indonesia. Jika sedikit saja bangunan itu mengalami kerusakan, pihak sekolah diminta memperbaiki atau pindah ke tempat lain.
Selain itu, Pemerintah Arab Saudi juga sangat ketat dalam mengawasi penggunaan bangunan. Misalnya, karena bangunan sekolah di Riyadh tidak cukup untuk menampung seluruh siswa, akhirnya mereka belajar di ruang basement bangunan tersebut. “Nah, hal inilah yang melanggar izin. Pemerintah Arab Saudi sering menegur soal ini,” ujar Burhanudin.
Oleh karena itu, Burhanudin juga sepakat jika Pemerintah Indonesia mendirikan gedung permanen untuk sekolah di Indonesia. Sehingga, kegiatan belajar mengajar mereka tak akan diganggu-ganggu oleh aturan dari Pemerintah Arab Saudi.
Menanggapi hal tersebut, Mendikbud siap menampung aspirasi dari pemangku kepentingan sekolah Indonesia di Arab Saudi. Ia meminta Konsulat Jenderal RI di Jeddah segera mencari lahan yang digunakan untuk pembangunan gedung sekolah permanen. “Kita akan buat sekolah yang menampung siswa dari PAUD hingga SMA,” kata Nuh.
Soal biaya, Nuh mengatakan jika harga masih di kisaran Rp 50 miliar, pemerintah akan segera mewujudkan rencana tersebut. Paling tidak, secara bertahap dimulai dengan pemilikan lahan terlebih dahulu.
Nuh mengatakan, pembangunan gedung sekolah permanen itu sangat penting. Ini merupakan bentuk pelayanan pemerintah kepada anak-anak pekerja migran Indonesia di sana. “Karena mereka sangat besar memberikan sumbangsihnya kepada negara. Sudah seharusnya kita berkhidmat untuk mereka,” ujar Nuh.
Menurutnya, pemerintah memang sedang menggalakkan upaya pembangunan gedung sekolah permanen di sejumlah negara yang memiliki banyak pekerja asal Indonesia. Salah satu yang sudah dikerjakan, yaitu di Kinabalu dan Sarawak, Malaysia. Di sana, Pemerintah Indonesia sudah mendirikan Community Learning Center (CLC) di beberapa daerah perkebunan. Sehingga, anak-anak para pekerja asal Indonesia bisa belajar di sekolah Indonesia.
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.