Jumat 21 Feb 2014 12:11 WIB

Proyeksi Asumsi Makro Direvisi

Paket Ekonomi (ilustrasi)
Paket Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana merevisi beberapa komponen asumsi dasar ekonomi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014. Revisi dilakukan menyusul prediksi ekonomi Indonesia yang kurang optimistis tahun ini.

Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan, dalam draf proyeksi ekonomi yang diajukan kepada Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), pemerintah memproyeksikan ekonomi akan tumbuh di kisaran 5,8 sampai enam persen. Proyeksi ini masih sejalan dengan target yang tertuang dalam APBN, yaitu enam persen. "Sedangkan, inflasi diprediksi berada di kisaran 5,4 - 5,7 persen atau masih masuk dalam target APBN sebesar 5,5 persen," ujarnya, Kamis (20/2).

Revisi yang masif terlihat pada rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Jika dalam APBN ditargetkan Rp 10.500 per dolar AS maka dalam proyeksinya, rupiah diperkirakan berada pada rentang Rp 11.500 - Rp 12 ribu. Proyeksi ini terasa wajar mengingat per 2 Januari 2014 rupiah sudah menembus Rp 12.160 per dolar AS. Sedangkan, per 17 Februari 2014 rupiah berada pada level Rp 11.785.

Pemerintah juga mengoreksi proyeksi produksi minyak mentah siap jual (lifting). Jika dalam APBN ditargetkan 870 ribu barel per hari, proyeksi pemerintah sebesar 800 - 830 ribu barel per hari. Proyeksi ini pun terasa wajar karena berdasarkan laporan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) produksi minyak sampai 12 Februari 2013 baru mencapai 790,3 ribu barel per hari.

Sementara, dalam Rencana Kerja dan Anggaran yang diajukan kontraktor kontrak kerja sama (KKS), produksi minyak bumi pada tahun ini diproyeksikan 803,8 ribu barel per hari. Lifting gas juga diturunkan menjadi 1.200 - 1.225 ribu barel setara minyak per hari. Padahal, target sebelumnya mencapai 1.240 ribu barel setara minyak per hari.

Sedangkan, proyeksi asumsi dasar ekonomi makro lainnya, seperti suku bunga SPN tiga bulan dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) relatif tak jauh berbeda. Suku bunga SPN tiga bulan diproyeksikan 5,5 sampai enam persen dari target 5,5 persen dan ICP sebesar 103 - 105 dolar AS per barel dari target 105 barel.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mengatakan, proyeksi lifting tersebut merupakan target yang realistis bakal tercapai. "Sumur-sumur sudah tua, sehingga sulit ditingkatkan produksinya," ujarnya. Menurutnya, pemerintah akan mengajukan Perubahan APBN 2014 lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya dikarenakan ada kegiatan pemilu legislatif pada April tahun ini.

Revisi terhadap asumsi makro, menurut sejumlah pengamat ekonomi, dirasa tepat. ekonom Bank Danamon Anton Hendranata menilai, pemerintah tidak bisa terlalu optimistis dalam menetapkan target asumsi makro mengingat banyaknya tantangan yang mungkin dihadapi pada tahun ini. Misalnya, pemilu dan rencana penarikan stimulus ekonomi oleh Bank Sentral AS, the Fed.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini akan tumbuh 5,7 persen. Perkiraan tersebut tak berbeda jauh dengan realisasi pertumbuhan sepanjang 2013, yaitu 5,78 persen. Anton menjelaskan, apabila target pertumbuhan ekonomi tidak tercapai, tentu akan berdampak kepada pendapatan negara, terutama penerimaan pajak. Imbasnya, pemerintah perlu mencari sumber pembiayaan tambahan.

Sementara itu, inflasi diperkirakan berada pada posisi 4,94 persen. Proyeksi ini lebih baik dari pada proyeksi pemerintah pada kisaran 5,4 sampai 5,7 persen. Akan tetapi, Anton meminta pemerintah menjaga distribusi dan pasokan bahan pangan. Sebab, beragam bencana yang melanda Tanah Air, seperti banjir maupun letusan gunung berapi, turut memengaruhi distribusi dan pasokan.

n muhammad iqbal ed: fitria andayani

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement