REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPR menilai, meledaknya gudang amunisi Markas Komando Pasukan Katak di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta, pada Rabu (5/3), menjadi bukti minimnya perawatan atas alat dan logistik perang milik negara. Salah satu penyebabnya, dana perawatan logistik perang yang minim.
"Itu menunjukkan kelemahan kita bahwa kita kurang merawat. Padahal, yang namanya logistik itu bukan hanya pengadaan, tapi juga penyimpanan, perawatan, dan penghancuran," kata anggota Komisi I DPR Adjeng Ratna Suminar, Kamis (6/3). Rombongan anggota DPR yang dipimpin Wakil Ketua Komisi I TB Hasanuddin, kemarin, meninjau lokasi ledakan.
Pemerintah, kata Adjeng, tak boleh menganggap enteng perihal perawatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan logistik pertahanan, termasuk amunisi. Karena itu, anggaran perawatan alutsista dan semua logistik pendukung tak boleh diremehkan. "Kita kan kalau perang bukan hanya perang fisik, tapi juga menggunakan alat, logistik itu. Makanya, jangan hanya pengadaan, tapi juga perawatannya (penting), demikian juga alutsista," kata politisi Partai Demokrat ini.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan TNI AL Laksamana Nelson Pandeke, pemicu ledakan gudang amunisi itu diduga berasal dari arus pendek listrik. "Kami bisa membuktikan tidak ada kelalaian,” kata Nelson.
Sebelum terjadi ledakan, gudang amunisi Markas Pasukan Katak baru menerima kiriman lima peti berisi senjata api dan amunisi. Lima peti yang dipesan TNI AL dari Jerman itu disampaikan seorang kurir dari perusahaan jasa ekspedisi yang bertempat di Pelabuhan Tanjung Priok. "Senjata sama amunisinya," kata kurir yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Pada 24 Februrari 2014, kurir itu mengaku mengurus dokumen logistik TNI AL di kantor Kementerian Pertahanan. Logistik itu, kata dia, nantinya akan dikirim ke Surabaya, Jawa Timur.
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul menyatakan, penyebab pasti ledakan gudang amunisi TNI AL itu belum diketahui. Menurut Iskandar, tim Mabes TNI AL pimpinan Wakil Kepala Staf TNI AL Laksamana Madya TNI Hari Bowo berharap hasil investigasi bisa diketahui dua pekan ke depan.
Pada Senin (11/3) nanti, para perwira TNI AL akan membuat perencanaan penanggulangan pascaledakan setelah memulai renovasi gudang amunisi. Adapun tiga korban kritis yang kini dirawat di RSAL Mintoharjo, kata Nelson, mereka tidak terkena ledakan langsung, melainkan tertimpa reruntuhan bangunan.
Berdasarkan pantauan Republika, kondisi di sekitar Pondok Dayung sudah tak seramai sehari sebelumnya. Seorang prajurit penyelam TNI AL menyatakan, belum ada kegiatan di lokasi ledakan, paling tidak sepekan atau lebih. n c69/67/62/antara ed: andri saubani
Informasi dan berita lain selengkapnya silakan dibaca di Repubika, terimakasih.