Selasa 11 Mar 2014 12:03 WIB

Indonesia Prioritas Investasi Properti Asia

Red: Maman Sudiaman
Kenaikan harga yang rutin membuat investasi properti masih jadi primadona.
Foto: Yasin Habibi/Republika
Kenaikan harga yang rutin membuat investasi properti masih jadi primadona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar baik bagi pelaku pasar di industri properti Indonesia. Indonesia ternyata masih menjadi prioritas tujuan investasi sektor properti dibandingkan negara lain di kawasan Asia.

"Berdasarkan data dan analisis, Indonesia masih menjadi prioritas utama investasi di Asia," kata Managing Director Corporate Strategy & Services Sinar Mas Land Ishak Chandra, di Jakarta, Senin (10/3). Prospek pasar properti itu khususnya untuk Ibu Kota Jakarta.

Kota Metropolitan Jakarta dinilai masih menjadi nomor ketiga dalam prioritas teratas di Asia, setelah Kuala Lumpur (Malaysia) dan Bangkok (Thailand). Sedangkan dari sisi gross rental yield per annum (peningkatan harga sewa per tahun), Jakarta berada di posisi kedua teratas, yaitu sebesar 7,05 persen per tahun setelah Manila (Filipina) sebesar 7,06 persen. Peningkatan itu dinilai tinggi dibandingkan negara-negara lain karena yang terdekat dengan posisi ketiga gross rental yield per annum adalah Kota Bangkok, hanya 6,29 persen.

Dari jenis properti, ujar dia, aktivitas permintaan yang akan meningkat di Indonesia pada 2014 adalah rental offices (perkantoran sewa) dan strata-title offices (perkantoran hak milik). Sedang permintaan menurun adalah properti kawasan industrial, kemudian untuk properti lain dinilai stabil.

Indonesia, tuturnya, masih jauh dari bubble properti yang ditandai dengan melonjaknya harga perumahan akibat meningkatnya permintaan dan spekulasi. Kenaikan harga itu diibaratkan seperti gelembung udara yang terus membesar.

Menurutnya, pada titik tertentu permintaan akan berhenti atau terjadi kelebihan pasokan rumah sehingga harga mulai menurun. "Inilah yang kemudian diartikan bubble (gelembung) mulai menyusut," jelasnya. Karena itu, saran dia, perusahaan properti juga harus peka terhadap situasi dan kondisi industri properti di Indonesia.

Ia memaparkan Sinar Mas Land juga secara khusus memperhatikan pembangunan proyek perkantoran, kondominium, industrial, ritel, dan perumahan di Jakarta pada 2014.

Sementara, terkait penjualan sektor properti Indonesia pada 2014, diperkirakan melambat karena berbagai faktor. Meski kondisi ekonomi makro akan membaik.

Menurut dia, sejumlah faktor yang mengakibatkan perlambatan tersebut pada 2014 antara lain karena kebijakan "loan to value" (LTV) dari Bank Indonesia serta penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu).

Namun, dari sisi perekonomian makro, Indonesia dinilai akan terus membaik dengan pertumbuhan di atas lima persen.

Padahal, hanya sedikit saja negara yang diperkirakan tingkat pertumbuhan ekonominya akan dapat melampaui Indonesia pada 2014, seperti Cina dan Filipina.

Indikator lain yang menunjukkan perekonomian membaik adalah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari 5,5 persen-5,9 persen pada tahun 2013 menjadi 5,8 persen-6,2 persen pada 2014.

Sejumlah indikasi lain yang menunjukkan perbaikan ekonomi adalah penurunan inflasi dari 9,8 persen pada 2013, menjadi 4,5 persen pada 2014. Suku bunga acuan diprediksi menurun dari 7,25 persen pada 2013 menjadi 5,5 persen pada 2014.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan, Indonesia diharapkan bisa meniru berbagai solusi alternatif dalam memecahkan permasalahan sektor properti seperti yang dilakukan di beberapa negara, seperti Singapura dan Malaysia.

"Apa yang dilakukan negara tetangga Singapura ketika harga properti naik tidak terkendali melalui Housing Development Board (HBD) sebagai lembaga perumahan nasional Singapura, mereka membangun rumah-rumah menengah dengan harga wajar," kata Ali.

Di Malaysia juga melakukan hal yang serupa untuk mengendalikan harga tanahnya. Hal itu membuat pengembang swasta di Singapura dan Malaysia seakan-akan mempunyai pesaing sehingga mereka tidak menaikkan harga properti terlalu tinggi. "Ini tidak bisa dilakukan pemerintah karena sampai saat ini pemerintah Indonesia."

Target BSD

Perusahaan properti PT Bumi Serpong Damai (BSD) menargetkan penjualan di sektor properti meningkat dari Rp 5,4 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 6 triliun pada 2014.

"Dibandingkan perusahaan properti lainnya, kami termasuk berani karena tumbuh 10-12 persen," kata Sekretaris Perusahaan BSD Hermawan Wijaya, Senin.

Menurut Hermawan, BSD menargetkan segmen residensial tetap menjadi kontributor utama penjualan senilai Rp 3,1 triliun atau 52 persen dari total target.

Sekitar Rp 1,92 triliun atau 62 persen akan menjadi target perolehan segmen residensial yang diproyeksikan bersumber dari penjualan unit rumah tapak yang berlokasi di BSD City.

Proyek residensial dengan target kontribusi terbesar kedua setelah BSD City adalah Kota Wisata Cibubur dengan target Rp 370 miliar dan terbesar ketiga adalah Grand Wisata Bekasi dengan Rp 330 miliar. n antara ed: zaky al hamzah

Informasi dan berita lain selengkapnya bisa dibaca di Republika, terimakasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement