REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai kelancaran Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 akan semakin meningkatkan kepercayaan dunia, khususnya dalam berinvestasi di Indonesia. Meskipun demikian, penguatan rupiah dan pasar modal dikhawatirkan hanya reaksi sesaat.
Gubernur BI Agus Martowardojo menyatakan, proses pemilu yang transparan serta memiliki akuntabilitas yang baik akan membantu meningkatkan kepercayaan dunia kepada Indonesia. "Deklarasi pemilu damai, menurut saya bagus sekali. Seluruh perwakilan partai politik peserta pemilu yang hadir harus siap menciptakan pemilu aman, tertib, damai, berkualitas, dan berintegritas," ujarnya, Senin (17/3).
Menurut Agus, Kondisi politik sangat berpengaruh pada reaksi pasar. Makanya, kemunculan nama-nama presiden yang terus bisa diterima oleh pasar merupakan suatu hal yang positif. Agus mengatakan, tahun ini reaksi pasar datang lebih awal dari momentum pemilu.
Tingginya kepercayaan investor terlihat dari nilai tukar terus mengalami penguatan, begitu juga dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu, meningkatnya aliran dana, baik asing maupun domestik, yang masuk pada pasar uang dan pasar modal Indonesia.
Sejauh ini, aliran dana asing yang masuk pada Januari hingga minggu pertama Maret tercatat sebesar Rp 38 triliun. Angka ini lebih besar dibandingkan aliran dana yang masuk pada keseluruhan 2013 yang tercatat sebesar Rp 28 triliun.
Selainitu, sejumlah pihak menilai penguatan rupiah dan IHSG hanya sentimen positif sesaat. Pasar uang dan modal masih rentan aksi spekulasi investor sehingga sewaktu-waktu rupiah maupun IHSG bisa kembali melemah.
Analis First Asia Capital David Sutyanto menyatakan, sepanjang pekan lalu IHSG menguat 4,11 persen. Namun, penguatan IHSG lebih bersifat euforia menyambut pencalonan Joko Widodo sebagai calon presiden PDI Perjuangan.
"Pemodal melakukan pembelian seketika atau panic buying, terutama atas saham-saham berkapitalisasi besar," ujarnya. Saham-saham yang paling banyak dibeli, yakni yang bergerak di sektor perbankan, otomotif, sektor jasa konstruksi, dan pendukungnya, seperti industri semen.
David melihat penguatan ini bersifat anomali dengan tren yang terjadi di bursa kawasan maupun global. Risiko pasar global cenderung meningkat menyusul krisis Ukraina-Rusia yang semakin meruncing dan kekhawatiran perlambatan ekonomi Cina. Hal ini mendorong aksi ambil untung oleh investor pada awal pekan ini. "IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 4.740 dan resisten di 4.920 cenderung terkoreksi," katanya.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada pun menyatakan, euforia politik di dalam negeri yang diperkirakan lancar menjadi sentimen positif di pasar uang dalam negeri. Di sisi lain, ia mengungkapkan, langkah BI yang mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 7,5 persen mengirimkan pesan kepada investor bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat lebih dipacu, terutama dari sisi penyaluran kredit.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova memperkirakan, sentimen investor terhadap kondisi politik di dalam negeri hanya bersifat jangka pendek. "Diperkirakan hanya sampai pemilu selesai dilaksanakan, setelah itu pasar akan kembali mencermati fundamental ekonomi dan faktor lainnya," ujarnya.
Pada awal pekan ini, IHSG masih melanjutkan penguatannya. IHSG ditutup pada level 4.885,19 atau naik 0,13 persen dari penutupan IHSG pekan lalu. Sedangkan berdasarkan kurs tengah BI, rupiah pun menguat tajam hingga Rp 11.272 per dolar AS. Padahal, pada akhir pekan lalu masih di posisi Rp 11.421 per dolar AS.n satya festiani ed: fitria andayani
Informasi dan berita lain selenngkapnya silakan dibaca di Republika, terimakasih.