REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Ratusan ribu warga Spanyol di Ibu Kota Madrid turun ke jalan menentang kebijakan pemangkasan anggaran dan memburuknya ekonomi. Demonstrasi yang berakhir bentrok berujung pada penangkapan sejumlah demonstran.
"Saya di sini untuk memperjuangkan masa depan anak-anak saya," seru demonstran Michael Nadeau (44 tahun). "Bagi mereka yang berada dalam kekuasaan, kami hanyalah sebuah angka. Mereka lebih menghargai uang daripada manusia," tambahnya.
Demonstran terdiri atas serikat buruh, pegawai negeri sipil, dan organisasi yang mewakili warga yang diusir dari rumah karena tak mampu membayar cicilan. Mereka mulai melemparkan batu dan botol ke arah aparat kepolisian dan berusaha untuk menerobos pertahanan kepolisian menuju ke pusat pemerintahan.
Pihak kepolisian pun membalasnya dengan menembakkan peluru karet serta menggunakan tongkatnya untuk membubarkan para demonstran. Akibat bentrokan ini, satu unit kendaraan kepolisian dan sebuah bank dirusak para pengunjuk rasa. Perwakilan dari pemerintah pusat, Cristina Cifuentes, mengatakan, 19 orang pengunjuk rasa telah ditahan dan sedikitnya 50 anggota kepolisian terluka dalam bentrokan ini.
Sementara, dilansir dari Associated Press, pihak kepolisian mengatakan, sebanyak enam petugas kepolisian terluka dan 12 demonstran telah ditahan. Aksi unjuk rasa yang disebut-sebut sebagai aksi Dignity Marches ini melibatkan ratusan ribu orang dari berbagai daerah. Mereka serentak bergerak menuju ibu kota.
Unjuk rasa mereka dipicu berbagai macam persoalan. Dari mulai sulitnya mencari perkerjaan, masalah perumahan, buruknya sistem kesehatan dan pendidikan, serta kian tingginya penduduk miskin.
Kondisi ini semakin diperparah dengan tunggakan utang yang mengharuskan pemerintah untuk melakukan kebijakan pemangkasan anggaran. Kebijakan pemangkasan mau tidak mau harus dilakukan pemerintah untuk mengurangi beban defisit.
Pemangkasan berpengaruh pada pemotongan jumlah pegawai negeri sipil, sistem jaminan kesehatan dan pendidikan. Kini, angka pengangguran di Spanyol telah mencapai lebih dari 26 persen.
Banyak baner yang dipasang mendesak pemerintah agar tidak membayar hutang internasional. "Saya di sini karena muak dengan sistem yang mereka sebut demokrasi," teriak Jose Luis Arteaga (58), seorang guru yang gajinya turut dipotong sebesar 20 persen. "Saya ingin perubahan," lanjutnya.
Krisis kredit di sektor perumahan Spanyol meledak lima tahun lalu. Akibatnya, perekonomian Spanyol pun mulai jatuh dan bank-bank di Spanyol pun terpaksa menyuntikan dana talangan sekitar 41 miliar euro atau 56 miliar dolar AS. n dessy suciati saputri ed: teguh firmansyah
Informasi dan berita lain selengkapnya sila dibaca di Republika, terimakasih.