REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU --Titik panas yang terus bermunculan menyebabkan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menyebutkan 848 hektare hutan dan lahan di Riau terbakar.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, berdasarkan laporan satuan tugas (satgas) darat, wilayah yang terbakar kemungkinan lebih luas. Sebab, kata dia, banyak daerah yang terbakar masih jauh dari akses petugas. "Sehingga tidak terhitung luasnya," kata dia, Rabu (30/7).
Hingga kini, Pemerintah Provinsi Riau masih menetapkan status Siaga Asap.
Pasukan yang tergabung dalam Satgas Riau terus melakukan upaya pemadaman.
Menurut Sutopo, satgas udara masih terus mengoperasikan helikopter untuk menjatuhkan bom air (water bombing) dan modifikasi cuaca untuk hujan buatan.
Langkah itu dikombinasikan dengan upaya pemadaman oleh satgas yang bertugas di darat. Ratusan personel yang ter- gabung dalam satgas darat yaitu 100 personel TNI AD, 100 personel TNI AU, dan 500 personel Polri.
Sutopo menyatakan, ratusan personel Manggala Agni Kementerian Kehutanan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, dan relawan juga ikut me madamkan api. Namun, kata dia, pembakaran yang dilakukan oleh oknum individu dan kelompok masih lebih intensif. "Sehingga titik panas makin banyak," ujar dia.
Satelit NOAA 18 milik Amerika Serikat yang dioperasikan Singapura pada Selasa (29/7) sore mendeteksi 98 titik panas (hotspot) di Pulau Sumatra, 37 di antaranya di Riau. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau Said Saqlul Amri mengatakan, jumlah tersebut menurun dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Saqlul menyatakan, pada Senin (28/7), titik panas di Sumatra sempat mencapai 133 titik. "Di Riau mencapai 85 titik," kata dia, Rabu. Titik panas di Riau tersebar di sejumlah wilayah kabupaten/kota, di antaranya sembilan titik di Indragiri Hulu dan sembilan titik di Pelalawan.
Kebakaran hutan dan lahan tidak hanya terjadi di Riau. BNPB mendatangkan helikopter khusus untuk mengantisipasi meluasnya kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar).
Helikopter itu difungsikan untuk upaya pemadaman dengan menjatuhkan bom air.
Sutopo mengatakan, peningkatan kebakaran hutan juga terjadi di Kalbar. Berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua saat perayaan Lebaran pada Selasa (29/7), titik panas di Kalbar mencapai 268 titik.
Sambas menjadi daerah dengan hotspot terbanyak, yaitu 65 titik.
BNPB meminta para kepala daerah, yakni gubernur, bupati, dan wali kota di Riau serta Kalbar lebih intensif mencegah pembakaran hutan dan lahan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. "Pencegahan lebih efektif jika dibandingkan dengan pemadaman, apalagi jika lahan yang terbakar adalah gambut," ujar Sutopo.
Sepanjang 2014, kebakaran hutan dan lahan terjadi di berbagai wilayah kabupaten/kota di Riau. Sedikitnya 25 ribu hektare hutan dan lahan hangus dan menghasilkan asap yang mencemari ruang udara di sebagian wilayah.
Gubernur Riau Annas Maamun telah meminta seluruh bupati dan wali kota yang daerahnya banyak terdapat titik panas agar langsung mengambil sikap antisipasi.
Dalam kasus ini, Kepolisian Daerah Riau juga telah berhasil menangkap dan mene- tapkan sebanyak 189 tersangka.
Mereka diduga melakukan kejahatan kehutanan dan membakar lahan. "Untuk jumlah tersangka kemungkinan bisa terus bertambah karena masih melakukan perburuan," kata Kepala Bidang Humas Polda Riau Ajun Komisaris Besar Guntur Aryo Tejo. (antara, ed:ratna puspita)