PALANGKARAYA — Warga Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng), berharap dan menunggu hujan buatan untuk mengurangi kebakaran lahan. Kebakaran lahan telah mengakibatkan kabut asap semakin hari semakin parah di wilayah ini. "Kami berharap pemerintah bisa melakukan upaya penaburan garam pembuat hujan buatan. Karena, semakin hari Kota Palangkaraya sudah diselimuti kabut asap bercampur debu," kata Darliana, warga Kelurahan Pahandut, Palangkaraya, Ahad (21/9).
Ia mengatakan, menjelang pagi dan malam hari, warga mulai merasakan sesak napas dan bercampur batuk berdahak akibat menghirup asap dan debu. Asap tersebut kini sudah masuk ke rumah warga. Menurutnya, pemerintah perlu segera kembali membuat hujan buatan untuk mengurangi kebakaran lahan. "Saya prihatin kepada cucu apabila pagi hari maupun malam hari terus menghirup udara yang tidak bersih, terutama asap bercampur debu," ujarnya.
Harapan turunnya hujan buatan juga disampaikan Bernard Lambung. Bernard mengatakan, saat ini jika ingin keluar rumah, harus selalu berhadapan dengan asap bercampur debu sehingga membuat mata perih dan napas sesak.
Sejumlah daerah di Sumatra, seperti Riau, Jambi, Medan, juga Kalimantan kini terkena asap akibat kebakaran hutan maupun lahan. Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron mengimbau kepada seluruh masyarakat yang daerahnya terkena gangguan asap untuk tidak usah keluar ke tempat yang terkena asap. "Kalau terpaksa pergi, harus menggunakan masker untuk melindungi diri," katanya.
Semua warga, Ali mengatakan, seharusnya ikut mengendalikan agar tidak terjadi kebakaran yang menimbulkan gangguan asap. Termasuk, tidak merokok atau membuang puntung rokok sembarangan apalagi di lahan gambut yang mudah terbakar.
Ali menyampaikan agar warga maupun perusahaan yang mau membuka lahan jangan dengan cara membakar. Sebab, jika membuka lahan dengan cara membakar, apinya mudah sekali merembet sehingga semua lahan jadi terbakar dan susah dikendalikan.
Bahaya gangguan asap sendiri, Ali mengungkapkan, bisa menimbulkan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Selain penyakit ISPA, asap juga menimbulkan penyakit kulit dan penyakit mata. Akibat asap, produktivitas masyarakat pun turun. "Bagaimana mau produktivitas tinggi kalau organ-organ tubuhnya sakit akibat asap. Ini harus diperhatikan oleh pemerintah daerah setempat," ujar Ali.
Menurut Ali, banyaknya kebakaran hutan atau lahan di berbagai wilayah disebabkan pemerintah daerahnya kurang serius dalam mengatasi kebakaran hutan. Ia mengatakan, seharusnya pemda lebih serius supaya kejadian ini tidak berulang.
Mulai Hujan
Selain itu, frekuensi dan curah hujan ringan mulai membasahi wilayah Lampung setelah beberapa bulan memasuki musim kering. Hujan ringan mulai turun di kota Bandar Lampung, Metro, dan Kabupaten Pringsewu.
Hujan ringan terjadi di kota Bandar Lampung, kawasan Tanjungkarang Barat dan Kemiling, Ahad (21/9) pagi. Meski durasinya tidak lama, sempat membasahi tanah dan tanaman yang sudah kering. Hal sama terjadi Pringsewu dan Metro pada Jumat dan Sabtu (19-20/9) petang.
Menurut Ikhsan, seorang pegawai di Gading Rejo, warga bersyukur dengan turunnya hujan karena kondisi tanaman dan air sumurnya sudah mulai mengering. "Hujan kemarin lumayan agak lama, jadi tanah dan tanaman mulai basah lagi," ujarnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Lampung menyebutkan bahwa musim kemarau ini akan berlangsung hingga pertengahan Oktober dan berakhir memasuki musim pancaroba pada akhir Oktober. rep:dyah ratna meta novia/mursalin yaslan ed: andi nur aminah