Senin 29 Sep 2014 12:00 WIB

Aktivitas Vulkanis Slamet Fluktuatif

Red:

PURWOKERTO -- Aktivitas kegempaan gunung tertinggi di Jawa Tengah, Gunung Slamet, masih sangat tinggi. Pos Pengamatan Gunung Slamet Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, mencatat gempa tremor sepanjang dua hari terakhir. Bahkan, gempa yang menjadi indikasi pergerakan magma dari perut bumi menuju puncak Slamet ini masih sering kali berlangsung tanpa jeda dalam waktu berjam-jam.

Seperti yang berlangsung selama sejak Sabtu (27/9) pukul 18.00 hingga Ahad (28/9) pagi pukul 06.00 WIB, gempa tremor terjadi terus-menerus sejak Maghrib hingga pukul 02.00 dini hari. Gempa tremor terus-menerus ini terjadi lagi sejak Ahad pagi hingga siang pukul 12.00. Gempa ini diimbangi dengan beberapa kali gempa embusan. Pada pukul 00.00 hingga 06.00 terjadi 64 gempa embusan, dan pada pagi hingga siang pukul 12.00 terjadi 9 kali gempa embusan.

''Data ini menunjukkan aktivitas Gunung Slamet masih tinggi. Untuk itu, status Gunung Slamet masih tetap dipertahankan pada level III (Siaga) meski aktivitas lain seperti letusan dan asap cenderung rendah,'' jelas Kepala Pos Pengamatan Gunung Slamet, Sudrajat, Ahad (28/9).

Berdasarkan data di posa pengamatan, asap yang muncul dari Gunung Slamet selama dua hari terakhir hanya merupakan asap putih. Itu pun hanya dengan ketinggian 50-100 meter dari puncak.

Terkait dengan aktivitas Gunung Slamet ini, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas Prasetyo Budi Wibowo mengakui, aktivitas Gunung Slamet selama sepekan terakhir memang cenderung tenang. Namun, dia meminta masyarakat tetap mewaspadai kemungkinan erupsi karena aktivitas vulkanis Gunung Slamet masih fluktuatif.

Dia juga menyatakan, tiga posko pemantau Gunung Slamet yang dibentuk Pemkab Banyumas tetap diaktifkan. ''Statusnya sampai sekarang masih Siaga. Aktivitas gempa juga masih tinggi. Karena itu, kita tetap aktifkan posko pemantau,'' jelasnya.

Ketiga posko pemantauan tersebut terletak di tiga desa terdekat dengan puncak Slamet. Antara lain di Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng; Limpakluwus, Kecamatan Sumbang; dan Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas. Tim pemantau Gunung Slamet yang bertugas di posko pemantau terdiri atas unsur BPBD Banyumas, TNI, dan dibantu oleh relawan yang berasal dari berbagai unsur, yakni Tagana, Orari, Rapi, PMI, dan unsur lainnya.

Sementara, ahli gunung api PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) I Gusti Made Agung Nandaka, menyatakan magma Gunung Slamet cenderung cair sehingga tidak melepaskan energi yang terlalu besar saat terjadi erupsi.

Bahkan, menurutnya, bukan tidak mungkin erupsi Gunung Slamet akan memberi berkah tersendiri bagi daerah-daerah yang berada di lerengnya, seperti halnya Gunung Etna di Eropa. ''Letusan lava pijar Gunung Etna yang eksotis dengan gemuruh dan dentumannya yang memberikan pengalaman khas justru berhasil mendatangkan ribuan wisatawan dari seluruh penjuru dunia,'' jelasnya.

Meski demikian, dia menyatakan masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Terutama, untuk menentukan titik aman agar bisa "menikmati" fenomena letusan Gunung Slamet. ''Kembang api buatan Cina harus dibeli dengan harga jutaan rupiah agar bisa dinikmati keindahan letusannya. Jadi, bisa saja lontaran lava pijar Gunung Slamet menjadi tontonan gratis kembang api alam bagi wisatawan,'' jelasnya.

Menurutnya, apa pun yang terjadi pada alam, biasanya didahului dengan pertanda. ''Gunung Slamet juga pasti sebaik itu. Dia akan memberi pertanda kalau akan murka,'' katanya. rep:eko widiyatno ed: muhammad fakhruddin

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement