Senin 09 Jun 2014 16:00 WIB
tajuk

Bukan Waktunya Umat Islam Tertipu Lagi

Red:

Umat Islam menjadi penghuni terbesar di negara ini. Hampir 80 persen warga negara beragama Islam. Jumlah yang besar ini sering kali membuat umat Islam menjadi faktor penentu dalam dalam sebuah proses berbangsa.

Setiap pihak yang berkepentingan pun pada akhirnya akan berupaya menjadikan umat Islam sebagai 'sasaran bidik'. Baik itu menjadi sasaran yang harus dirangkul dan dioptimalkan kekuatannya ataupun sebaliknya, dilemahkan dan dipecah-belah.

Dan, seperti pemilu sebelumnya, pada Pemilu 2014 ini pun umat Islam menjadi sasaran bidik. Dalam pemilu legislatif, hampir semua lembaga survei menurunkan hasil risetnya dengan menyebut partai-partai Islam akan kempes.

Tanpa bermaksud menuduh ada rekayasa survei, yang jelas dalam survei dikenal adanya efek bandwagon alias efek ikut-ikutan. Dengan menyebut partai Islam kempes maka umat Islam akan meninggalkan partai Islam dan memilih parpol yang disebut lembaga survei sebagai pemenang.

Faktanya, Pemilu 2014 justru menunjukkan adanya peningkatan dukungan terhadap partai-partai Islam. Dukungan umat Islam terhadap mereka ternyata tidak kempes, malah mengalami peningkatan.

Menjelang Pilpres 2014 pun para capres-cawapres juga sudah mulai berhitung kekuatan umat Islam. Pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa maupun Joko Widodo-Jusuf Kalla sudah mulai tebar pesona ke kelompok Islam.

Joko Widodo yang selama ini dikenal sebagai figur 'nasionalis' juga sudah mulai menonjolkan dirinya sebagai seorang ‘Muslim'. Jokowi mulai sering membuka pidatonya dengan mukadimah shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Gaya berpidato ini pun kemudian disosialisasikan secara masif oleh tim suksesnya, sehingga diharapkan bisa memperkuat citra Jokowi sebagai figur yang Islami.

Terlihat juga bagaimana Jokowi maupun timsesnya bekerja habis-habisan untuk mengklarifikasi isu sensitif yang bersinggungan dengan umat Islam. Salah satunya, ketika mereka mengklarifikasi isu pengintelan terhadap khutbah di masjid.

Begitu juga, dengan Prabowo-Hatta. Dengan didukung partai-partai Islam yang jumlahnya lebih banyak, seperti PAN, PPP, PKS, hingga Partai Bulan Bintang. Prabowo juga tak kalah kencang mencitrakan dirinya sebagai figur yang peduli dengan umat Islam.

Dalam sejumlah janji politiknya, Prabowo maupun timsesnya tidak ragu-ragu untuk mengatakan akan memajukan umat Islam. Salah satunya, menyelesaikan seragam jilbab bagi Polwan.

Kedua pasangan capres ini menyadari kelompok Islam di Indonesia akan menjadi kunci kemenangan mereka. Terlebih, pelaksanaan pencoblosan Pilpres 2014 akan dilakukan pada Ramadhan. Artinya, kelompok yang selama ini memperhatikan persoalan 'keislaman pemimpinnya' juga akan semakin menggelembung.

Gambaran ini setidaknya memberikan penjelasan bahwa posisi umat Islam di Indonesia sebenarnya sangat kuat. Sayangnya, posisi tawar yang kuat ini sering kali tidak pernah linier dengan terakomodasinya kepentingan umat Islam.

Kondisi ini tentu harus segera diubah. Kalau dulu umat Islam hanya sering menjadi instrumen pemenangan, sudah waktunya umat Islam yang menjadi pemenang.

Umat Islam harus mulai melihat track record dua pasangan capres-cawapres ini dalam pembelaan mereka terhadap kepentingan umat Islam. Jangan sampai, umat Islam tertipu dengan bungkus kampanye Islami mereka, tapi setelah terpilih mereka mengabaikan kepentingan umat Islam.

Janji kampanye memang akan selalu manis dan sering kali menipu. Tapi track record capres-cawapres tidak bisa menipu. Karena, track record adalah gambaran riil atas karakter, cara pandang, dan keberpihakan mereka atas kepentingan umat Islam.

Sudah bukan waktunya umat Islam tertipu dan terpinggirkan lagi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement