Akhir-akhir ini di Tanah Air tak sedikit yang "sengaja" hidup sebagai pengemis. Mereka datang dari berbagai daerah ke kota. Segala keperluan mendukung aksi, mereka disiapkan. Misalnya, kostum sebagai pengemis berupa pakaian compang-camping dan kelengkapannya. Tak jarang dengan mengeksploitasi anak balita dan bayi.
Pemandangan tersebut sengaja dihadirkan untuk membangun imege bahwa mereka pantas dikasihani. Seolah-olah mereka tidak mampu.
Namun, apakah benar demikian? Beberapa tahun berselang dilakukan survei di antaranya oleh awak media Ibu Kota. Mereka dibuntuti hingga ke tempat penampungan yang disiapkan juragan.
Ternyata, mereka hanya bekerja pada orang lain. Mereka yang berjibaku di lapangan menerima kecil dari hasil jerih payahnya. Sedangkan, bagian terbesar dikantongi orang yang mempekerjakan mereka.
Ketika ditelusuri hingga ke kampung asal, mereka orang mampu secara ekonomi. Rumah mereka, semipermanen hingga permanen. Di rumah mereka ada kendaraan dan televisi berlayar lebar. Pokoknya, mereka tak layak sebagai pengemis. Mereka menjadikan mengemis sebagai profesi.
Sehubungan dengan datangnya Ramadhan tahun ini, tak sedikit yang memanfaatkan momentum bulan berkah untuk mengemis di kota. Mereka sepakat mengajak orang berpuasa mengasihaninya. Maka, pemandangan yang tidak indah tampak di masjid, kantor, dan tempat strategis lainnya.
Bayangkan, potret demikian hampir terulang saban Ramadhan menyapa. Sungguh, merupakan potret yang harus ditangani serius oleh pemerintah kabupaten/kota di Tanah Air. Mereka tidak boleh dikasihani karena tak pantas dikasihani.
Beberapa kabupeten/kota kabarnya berupaya menerbitkan Peraturan Daerah terkait
manajemen gelandangan, pengemis, dan lainnya. Bahkan, ada kota yang membuat aturan, siapa pun yang kedapatan memberi pada gelandangan dan pengemis akan didenda.
Namun efektivitasnya? Saudaraku, Rasulullah SAW bersabda bahwa tangan di atas itu lebih baik dibanding tangan di bawah. Karena itu mengemis janganlah dijadikan profesi.
Mahmud Yunus
Lingkungan Parunglesang
Kota Banjar, Jawa Barat