Sabtu 26 Jul 2014 14:30 WIB
tajuk

Memaknai Kemenangan

Red: operator

Sepanjang Ramadhan 1435 Hijriyah ini, setidaknya ada tiga hal menarik yang menjadi perhatian masyarakat Indonesia dan umat Islam pada khususnya. Pertama, perhelatan Piala Dunia 2014 di Brasil yang berakhir pada 13 Juli. Kedua, pelaksanaan pemungutan suara Pemilihan Umum Presiden (Pilpres)2014 pada 9 Juli dan diumumkan pemenangnya pada 22 Juli. Dan ketiga, ibadah puasa yang dijalankan umat Islam dan kini memasuki hari-hari terakhir Ramadhan.

Perhelatan Piala Dunia 2014 sudah berakhir. Hasilnya, Jerman menjadi juara dunia setelah mengalahkan Argentina dengan skor 1-0 melalui gol Mario Goetze pada menit ke-113 di babak perpanjangan waktu (extra time).

Kemudian, proses penyelenggaraan pemungutan suara Pilpres 2014 sudah berakhir. Dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga sudah mengumumkan pemenang pilpres tersebut, yakni pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, sebagai presiden dan wakil presiden terpilih masa bakti 2014-2019, pada Selasa (22/7) lalu.

Walau demikian, keputusan kini ada di tangan Mahkamah Konstitusi (MK) setelah pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa meng gugat kemenangan pasangan Jokowi-JK. Pasangan Prabowo-Hatta merasa telah terjadi kecurangan dalam penyelenggaraan pilpres lalu.

Dan yang ketiga, umat Islam telah memasuki hari-hari terakhir menjalankan ibadah puasa. Insya Allah, pada Senin (28/7), umat Islam di Indonesia akan memasuki 1 Syawal 1435 Hijriyah sekaligus menandai berakhirnya puasa Ramadhan. Umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Fitri atau hari kemenangan itu dengan penuh suka cita setelah mampu mengendalikan hawa nafsu selama sebulan penuh.

Dari ketiga topik itu, ada satu hal yang penting, yakni soal kemenangan. Pihak yang menang dalam sebuah kompetisi (Piala Dunia, pilpres, dan ibadah puasa) pastinya akan merayakan kemenangan itu dengan penuh kegembiraan. Sebab, perjuangan untuk mendapatkan prestasi puncak itu telah dilalui dengan berbagai macam halangan dan rintangan. Namun, dengan satu tekad yang kuat dan membaja, akhirnya kemenangan pun mampu diraih.

Yang perlu ditekankan, kemenangan itu bukanlah akhir dari segalanya. Kemenangan itu adalah awal atau permulaan akan hadirnya babak baru, yakni perbaikan atau peningkatan. Sebab, yang ada di masa depan sangat sulit diprediksi. Selain itu, tantangannya pun akan semakin berat. Sesuai dengan makna dari Syawal, yakni meningkat, maka sudah barang tentu apa yang telah diraih harus lebih meningkat lagi.

Pemenang Piala Dunia harus berupaya memperbaiki diri untuk mempertahankan mahkota juara. Pemenang pilpres harus menjalankan visi-misi dan janji-janjinya semasa kampanye dalam upaya memperbaiki kehidupan masyarakat agar menjadi lebih sejahtera.

Sedangkan, khusus bagi orang yang menjalankan ibadah puasa selama satu bulan, setelah dia mampu mengendalikan hawa nafsunya untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa merusak ibadah puasanya, maka dia juga harus lebih baik lagi. Ibadahnya harus meningkat, perbuatan buruk yang dilakukannya sebelum Ramadhan sudah pasti harus ditinggalkan.

Jika amal ibadah dan perbuatannya sama saja dengan sebelum Ramadhan, dialah orang yang merugi. Jika amal ibadah dan perbuatannya lebih baik dari sebelumnya, maka dialah orang yang beruntung. Sedangkan, jika amal ibadah dan perbuatannya lebih buruk dari sebelum Ramadhan, dialah orang yang celaka. Demikian hadis yang disampaikan Rasulullah SAW.

Bagi umat Islam yang sukses meraih prestasi demikian itu (ibadah dan perbuatannya yang semakin meningkat), maka mereka itulah orang-orang yang meraih kemenangan sesungguhnya, yakni muttaqin(orang-orang yang bertakwa), sebagaimana disebutkan dalam QS al-Baqarah (2): 183.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement