Masyarakat Indonesia harus meningkatkan kewaspadaan menghadapi penyebaran virus zika yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, virus zika telah menyebar pesat.
Bahkan, menurut WHO, virus ini bisa menginfeksi hingga 4 juta orang di Amerika. Sejumlah negara di Asia Tenggara telah menyatakan bersiap menghadapi penularan virus zika.
Meski hingga kini belum ada kematian akibat virus zika, kita tak boleh lengah. WHO untuk kawasan Pasifik Barat mengingatkan, sepanjang nyamuk Aedes aegypti berkembang di kawasan ini, virus zika berpeluang muncul. Kementerian Kesehatan RI juga mengungkapkan, spesimen pembawa virus zika diakui tersebar di negara-negara tropis, termasuk Indonesia.
Kita tentu tak ingin virus zika menyebar dan menyerang warga kita. Karena itu, pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus melakukan langkah pencegahan yang efektif agar virus itu tak menelan korban jiwa. Langkah pencegahan bisa dilakukan melalui gerakan nasional yang melibatkan semua masyarakat dari tingkat rukun tetangga (RT) hingga pemerintah pusat.
Langkah pencegahan penyebaran virus zika bisa bersamaan dengan antisipasi meluasnya serangan demam berdarah dengue (DBD). Saat ini, sejumlah kabupaten/kota telah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) DBD. Status KLB ditetapkan akibat meningkatnya jumlah penderita dan mengakibatkan korban meninggal dalam sebulan terakhir. Setiap tahun, DBD yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti selalu menelan banyak korban jiwa.
Untuk mencegah penyebaran virus zika dan DBD, pemerintah kabupaten/kota perlu menghidupkan kembali Gerakan Jumat Bersih. Gerakan membersihkan lingkungan setiap Jumat pagi ini sangat efektif mencegah penyebaran virus zika dan DBD. Setiap warga terlibat untuk menjaga kebersihan lingkungannya, baik di lingkungan keluarga, tempat kerja, serta sekolah.
Tanpa kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, DBD akan terus menelan korban jiwa dan virus zika berpeluang menyebar di Tanah Air. Metode 3M plus, yakni menutup, menimbun, dan mendaur ulang wadah yang bisa menampung air harus benar-benar dilaksanakan. Setiap kepala daerah harus memastikan agar metode itu dijalankan.
Setiap keluarga harus memastikan kebersihan rumah tempat mereka tinggal. Pengurus rukun tetangga (RT) harus pula menggerakkan setiap warga yang tinggal di lingkungan itu untuk selalu menjaga kebersihan. Begitu pula setiap kepala sekolah harus menjamin lingkungan sekolah mereka bersih karena sangat mungkin penyebaran DBD atau virus zika terjadi saat siswa berada di sekolah. Langkah serupa harus dilakukan setiap pemimpin perusahaan dan lembaga pemerintahan.
Sebagai bentuk kewaspadaan, masyarakat juga harus menjaga kesehatan dan pertahanan tubuhnya. Tak kalah pentingnya, masyarakat mesti mengenali tanda-tanda jika terserang virus zika.
Sebagai bentuk kewaspadaan, pemerintah daerah harus menjadikan puskesmas sebagai posko sosialisasi, pencegahan, serta penanganan dini virus zika dan DBD. Petugas kesehatan di puskesmas perlu mendapat pelatihan tentang cara melakukan sosialiasi, pencegahan, dan penanganan virus zika.
Setelah itu, petugas puskesmas harus lebih gencar turun ke masyarakat dan sekolah untuk melakukan sosialisasi. Dengan begitu, masyarakat yang mengalami gejala terserang virus zika atau DBD segera berobat ke puskesmas terdekat dan harus mendapatkan penanganan yang tepat.
Petugas kesehatan di puskesmas juga harus aktif memantau perkembangan kesehatan setiap ibu hamil guna mengantisipasi penularan virus zika. Sebab, virus ini dapat menyebabkan kelainan otak pada bayi.
Pemerintah pusat juga sebaiknya mencegah WNI bepergian ke negara-negara yang sedang diserang virus zika. Pemerintah juga perlu melakukan screening di bandara atau pelabuhan kedatangan wisatawan asing atau WNI yang datang dari negara-negara asal virus tersebut. Kita tentu berharap virus zika tak berkembang di negeri ini.