Jumat 14 Oct 2016 14:00 WIB

Waspadai Bencana

Red:

Bencana banjir, tanah longsor, dan angin puyuh masih menjadi ancaman utama di sejumlah daerah rawan bencana. Hujan ekstrem yang berpotensi melanda daerah- daerah di Tanah Air bisa berubah menjadi bencana. Karena itu, pemerintah daerah dan masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana harus lebih meningkatkan kewaspadaan.

Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mencatat, dari Januari hingga September 2016 telah terjadi 1.704 bencana di seantero Indonesia. Banjir, longsor, dan angin puyuh tercatat masih menjadi bencana yang paling banyak melanda kawasan nusantara. Sebanyak 411 jiwa meninggal dunia akibat bencana, 395 jiwa mengalami luka-luka, dan lebih dari 2,2 juta jiwa menderita serta mengungsi.

Awal bulan ini, rentetan bencana kembali melanda sejumlah daerah di Tanah Air. Pada Sabtu (8/10) lalu, dua warga Kabupaten Pangandaran meninggal dunia akibat bencana banjir dan longsor. Ratusan rumah juga terendam dan beberapa jembatan serta jalan terputus. Yang terbaru, angin puyuh yang juga melanda Pangandaran telah menyebabkan ratusan rumah warga hancur.

Kewaspadaan terhadap ancaman bencana perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya korban jiwa. Pemerintah daerah harus bekerja lebih ekstra untuk memantau kondisi wilayahnya, yang tergolong rawan bencana banjir dan tanah longsor pada musim penghujan ini. Sosialisasi kepada masyarakat, yang tinggal di wilayah rawan bencana, harus terus dilakukan sehingga mereka bisa melakukan langkah antisipasi.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, misalnya, telah memperingatkan, sebanyak 22 wilayah di Jawa Barat masuk daerah rawan longsor. Menurut PVMBG, hampir seluruh wilayah di Jawa Barat berpotensi mengalami pergerakan tanah. Kesiapsiagaan pun menjadi kunci utama untuk mencegah terjadinya korban jiwa akibat bencana.

Relokasi bisa ditempuh pemerintah daerah, apabila wilayah yang dihuni warga benar-benar sudah sangat mengancam. Banyaknya kasus bencana yang telah terjadi di berbagai daerah harus menjadi pelajaran semua pemerintah daerah. Pemerintah tak boleh meremehkan potensi bencana yang ada di wilayahnya. Sudah seharusnya setiap pemerintah daerah memiliki peta daerah rawan bencana.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, curah hujan di Indonesia akan semakin meningkat pada tiga bulan terakhir menjelang akhir tahun. Pekan ini, BMKG di sejumlah provinsi telah memperingatkan adanya potensi hujan cukup ekstrem.

Kewaspadaan terhadap bencana juga perlu dipersiapkan dari sisi logistik bencana. Pemerintah pusat serta daerah harus memastikan stok logistik untuk bencana harus dalam kondisi selalu tersedia. Ketidaksiapan logistik akan menambah buruk kondisi korban bencana. Pemerintah pusat pun bisa mendistribusikan lebih banyak stok logistik ke daerah-daerah yang memang sangat rawan bencana.

 

Selain cuaca ekstrem, satu di antara penyebab terjadinya banjir dan longsor adalah kerusakan lingkungan. Hutan gundul, sungai yang kian dangkal, makin meluasnya lahan kritis, serta pembangunan yang tak memperhatikan kelestarian alam adalah penyebab utama bencana di Tanah Air. Maka itu, perbaikan kondisi lingkungan hidup harus menjadi prioritas seluruh elemen bangsa.

Penegakan hukum harus dilakukan untuk menyelamatkan hutan dan lingkungan hidup. Para perusak lingkungan harus dihukum seberat-beratnya agar ada efek jera. Proses pembangunan yang mengabaikan kelestarian alam juga harus dihentikan. Jika alam semakin hancur, bencana akan terus mengintai dan mengancam bangsa ini. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement