Beban masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup terus bertambah dengan naiknya harga kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Bulan Agustus 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi sebesar 0,47 persen. Angka ini lebih rendah dari inflasi pada Juli sebesar 0,93 persen.
Kenaikan tarif listrik menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan kontribusi 0,12 persen dengan perubahan harga sebesar 4,16 persen. Berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK), dua kota yang paling tinggi inflasi akibat listrik adalah Pangkal Pinang dan Bungo.
Kontribusi inflasi terbesar kedua disumbang dari golongan ikan segar, termasuk bandengan dan ikan kembung. Inflasi akibat ikan segar sebesar 0,04 persen dengan perubahan harga 1,39 persen.
Menteri Perikanan dan Kelautan Sharif Cicip Sutarjo mengatakan, nelayan kesulitan melaut pada Agustus. Penyebabnya karena beberapa SPBU tidak menyediakan solar bersubsidi untuk kapal mereka. Akibatnya, nelayan hanya melaut sampai dengan minggu ketiga Agustus.
Selanjutnya, penyumbang inflasi tertinggi ketiga yaitu uang pembayaran sekolah tingkat dasar. Kontribusi uang sekolah SD mencapai 0,04 persen dengan perubahan harga 4,7 persen. Kenaikan uang sekolah ini terjadi di 48 kota IHK. Dua kota tertinggi yang dihantam perubahan jumlah pembayaran yaitu Lampung dan Sukabumi.
Bukan hanya di sekolah dasar, uang pembayaran sekolah tingkat menengah pertama (SMP) pun menglami kenaikan cukup besar. Kontribusi inflasi untuk pembayaran sekolah SMP sebesar 0,03 persen dengan perubahan harga sebesar 5,42 persen. Kenaikan uang sekolah SMP terjadi di 40 kota IHK. Merauke menjadi kota dengan kenaikan harga tertinggi sebesar 32 persen.
Kenaikan uang pembayaran SMP merupakan yang tertinggi di antara tujuh penyebab inflasi tertinggi. Namun, kenaikan harga rupanya juga terjadi untuk sekolah menengah atas (SMA) dengan nilai 2,19 persen. Kontribusi uang SMA terhadap inflasi sebesar 0,02 persen. Kenaikan harga terjadi di 39 kota IHK, yang tertinggi di Singkawang sebesar 19 persen disusul Merauke sebesar 18 persen.
Pengamat ekonomi Aviliani mengatakan, setiap tahun tren inflasi pada Agustus dikuasai sektor pendidikan. Sektor pangan yang berbulan-bulan merajai inflasi mulai mengalami penurunan harga pasca-Lebaran dan datangnya masa panen.
Meskipun demikian, dua pangan mayoritas penduduk Indonesia yaitu beras dan daging ayam ras masih menjadi penyebab inflasi tertinggi. Beras berkontribusi sebesar 0,02 persen dengan perubahan harga sebesar 0,61 persen. Kondisi ini terjadi di 49 kota IHK. Padang menjadi penyumbang inflasi beras tertinggi sebesar tujuh persen disusul Bukit Tinggi sebesar empat persen.
Sedangkan sumbangan daging ayam ras sebesar 0,02 persen dengan perubahan harga sebesar 1,89 persen. Kenaikan harga terjadi di 44 kota IHK. Kota dengan kontribusi inflasi akibat ayam yaitu Cilacap sebesar 12 persen dan Ternate dengan sembilan persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung melihat bahwa kontribusi inflasi dari pangan dipengaruhi polemik kenaikan harga BBM. Nantinya petani akan langsung kena dampak kenaikan BBM dengan melonjaknya harga produksi.
"Kalau sudah naik akan lebih susah lagi, jadi kebijakan kenaikan harga BBM harus dikaji," kata Chairul pekan lalu.
Pemerintah menjamin harga BBM tidak naik hingga tanggal 20 Oktober 2014. Pemerintahan baru dipersilakan menaikkan harga jika berkenan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, awal tahun merupakan waktu ideal jika ingin menaikkan harga BBM. Namun, kenaikan sebaiknya dilakukan bertahap dan nilainya tidak terlalu besar. Kenaikan harga BBM akan disambut dengan kenaikan tarif angkutan.
Ia mencontohkan, apabila BBM dinaikkan sebesar Rp 2.000 per liter, maka tarif angkutan kota bakal naik 2,5 persen. Dampak kenaikan harga BBM akan terasa dalam satu-dua tahun pascaharga naik.
"Tapi kalau angkutan kota dapat subsidi, inflasi jadi tidak terpengaruh kenaikan BBM," kata Sasmita.
Kenaikan tarif kontrak rumah
Pada Agustus, tarif kontrak rumah menyumbang 0,02 persen terhadap inflasi dengan perubahan harga sebesar 0,39 persen. Kenaikan harga terjadi pada 19 kota IHK, yang tertinggi di Pare-pare dengan lima persen dan Palu tiga persen.
Karyawan swasta, Neni, mengaku khawatir jika kontrak rumah terus mengalami kenaikan. Menurut dia, pemilik kontrakan selalu menaikkan harga di awal tahun. Namun, kenaikan tarif listrik dan BBM dikhawatirkan membuat harga naik lagi.
"Tissue saja harganya naik, biasanya sebungkus Rp 2.000 sekarang harganya Rp 2 500. Bagaimana kontrakan?" kata dia kepada Republika.
Inflasi Agustus ini diklaim terendah sejak 2005. Namun, pada 2006 inflasi di bulan Agustus sebesar 0,33 persen. Laju inflasi periode Agustus 2013 hingga Agutus 2014 sebesar 3,99 persen. Sedangkan year to date (tahun kalender) tercatat 3,42 persen. rep:meiliani fauziah ed: irwan kelana