Membahas masalah pendidikan berarti mencakup semua aspek, mulai dari kurikulum, kegiatan di ruang kelas, keluarga, guru, pemerintah, dan sekolah. Guru berperan penting dalam membuat suasana pembelajaran menyenangkan bagi anak. Di sekolah, guru adalah orang pertama yang berinteraksi langsung dengan anak didik.
Guru besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Bejo Suyanto mengatakan, guru harus merdeka ketika mengajar di kelas. Menurutnya, saat mengajar di kelas guru harus bebas dari semua tekanan. Baik tekanan dari kepala sekolah, pemilik, maupun kurikulum. Bahkan, guru harus mengajar dengan kreativitasnya sendiri.
Apa pun kurikulumnya, guru perlu memperhatikan beberapa hal agar berhasil menjadi seorang pengajar yang baik. Seperti, memiliki tujuan yang visioner dalam mengajar. Konten dan metode pengajaran akan menyesuaikan dengan tujuan yang ingin diraih dalam proses belajar mengajar. Terakhir, guru harus terus melakukan evaluasi apakah segala yang diajarkan membawa dampak positif kepada siswa. "Kurikulum yang yang sering berubah memang mengganggu guru, tapi semua itu tak perlu dipikirkan. Anak-anak menjadi apa, itulah yang harus kita lakukan," tutur Bejo dalam sebuah diskusi pendidikan.
Bejo mengatakan, masyarakat kini sering terjebak pada sekolah yang bagus sebagai salah satu kunci prestasi anak didik. Padahal, di manapun, yang terpenting bagaimana guru bisa memotivasi siswa agar bisa belajar dengan baik. "Saya selalu bilang, sekolah di mana saja yang lebih penting adalah bagaimana kamu belajar dengan baik. Ending dari belajar adalah bagaimana anak-anak bisa pintar," katanya.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Komarudin Hidayat mengatakan, kreativitas guru sangat berperan dalam menentukan kemajuan siswa. Guru harus memiliki kamampuan mengajar, sehingga anak juga bergairah dan tertantang untuk belajar. "Anak di bawah 10 tahun kreativitasnya berkembang. Kalau salah asuh, kreativitas mereka bisa terbunuh," katanya.
Praktisi pendidikan dan guru besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan, para guru harus bisa melakukan adaptasi dengan segala perkembangan yang ada. Perlu disadari, kemajuan teknologi dan metode pengajaran yang makin inovatif juga memaksa guru harus menyesuaikan diri agar tidak ketinggalan zaman.
Jangan sampai, guru terus bersikap kolot dengan tidak mengizinkan penggunaan internet. Padahal, internet juga bisa digunakan untuk hal yang positif. Di sinilah guru juga berperan dalam memberikan arahan kepada siswa agar memanfaatkan teknologi secara benar.
Peran kepala sekolah
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan mengatakan, kualitas guru tak bisa lepas dari peranan kepala sekolah atau pimpinan dalam institusi. Selama ini, kebijakan pemerintah kurang melibatkan peranan kepala sekolah sebagai faktor dalam pendidikan. Berdasarkan sebuah penelitian, kepala sekolah yang baik bisa meningkatkan kinerja guru hingga 20 persen.
Mustahil berbicara mengenai kinerja pendidikan tanpa memperhatikan faktor manajemen. Sisi kepemimpinan dari kepala sekolah kurang diperhatikan. Menurut Anies, ini merupakan salah satu peluang bagi sektor swasta untuk mengembangkan kapasitas menajemen kelembagaan.
Anies mencontohkan, umumnya, di Indonesia guru terbaik akan diangkat menjadi kepala sekolah. Anies mengatakan, hal ini kelak yang menjadi salah satu masalah lantaran guru-guru terbaik justru akan dijauhkan dari siswa.
Padahal, belum tentu pula guru yang baik memiliki kemampuan manajerial yang baik sebagai kepala sekolah. Di Singapura, ada karier guru sebagai pengajar, sebagai administrasi, dan sebagai assessment, sehingga guru-guru terbaik tidak akan kehilangan peranannya sebagai pengajar.
Pemerintah kini juga terus berupaya meningkatkan kualitas SDM dengan mengirimkan mahasiswa untuk belajar ke luar negeri. Menurut Anies, akan lebih baik jika pemerintah berinisiatif mengirimkan profesor dari luar negeri untuk mengajar di Indonesia. Efek domino yang didapatkan akan lebih besar.
"Mengirimkan anak-anak Indonesia ke luar negeri itu bagus, tapi lebih baik jika kita mengimpor profesor ke sini, meski mahal," katanya.
Menurut Anies, biaya untuk mengirimkan delapan mahasiswa ke luar negeri hampir setara dengan mendatangkan profesor mengajar di Indonesia. Dalam jangka pendek, cara ini diperlukan karena Indonesia tak bisa menunggu terlalu lama untuk menghasilkan sumber daya manusia, termasuk guru-guru yang berkualitas. "Kita harus bergerak lebih cepat, inovasi sains dan teknologi. Kalau kita konsen ke siswa saja, prosesnya akan sangat panjang," katanya.
Pengamat Pendidikan Doni Koesoema mengatakan, Indonesia memerlukan pengajar, baik guru maupun dosen yang memiliki pengetahuan di tingkat global dan mengerti kultur lokal. Ide mendatangkan profesor dari luar negeri cukup baik, tapi tak bisa dilakukan terus menerus lantaran akan menimbulkan ketergantungan. Untuk akselerasi kualitas sumber daya manusia, dalam kurun waktu lima tahun ini cocok dilakukan. "Kita harus memilih bidang-bidang strategis yang mahasiswanya banyak, sehingga dampaknya lebih terasa, misalnya, sains dan teknologi," kata Doni. rep:dwi murdaningsih ed: hiru muhammad