Jumat 11 Jul 2014 14:21 WIB

Ciptakan Rasa Nyaman Saat Orientasi

Red:

Berganti seragam dari putih biru menjadi putih abu-abu merupakan satu momen membahagiakan. Memasuki sekolah idaman menjadi hal yang mendebarkan. Saat awal mendaftar sekolah, biasanya calon siswa membayangkan hal-hal indah yang mereka jalani di jenjang pendidikan yang lebih tinggi tersebut.

Sekolah-sekolah pun berembug membuat penyambutan agar siswa mendapatkan kesan mendalam di sekolah baru mereka. Tak hanya guru, organisasi sekolah juga dilibatkan untuk membantu menyambut adik kelasnya. Rupanya, mereka tak kalah antusias menyambut siswa baru. Hal ini hampir terjadi di semua sekolah.

Wakil Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Citra Cendekia Ciganjur Jagakarsa Nindya Galuh Kartikawati mengatakan masa orientasi siswa baru dilakukan pada 4 Agustus mendatang. Pihak sekolah bersiap menyambut siswa baru dengan tema 'reflection of reality'.

Masa orientasi yang berlangsung selama tiga hari itu mengenalkan budaya di sekolah. Mulai dari lingkungan sekolah, guru, dan pengenalan organisasi. Nindya mengatakan pengenalan sekolah ini menajdi suatu hal penting lantaran siswa yang masuk belum tentu sebelumnya berasal dari Tsanawiyah. Perbedaan budaya yang mungkin ada antara sekolah umum dan agama ini, kalau tidak dikenalkan bisa membuat anak menjadi kaget.

Dalam masa tiga hari, diharapkan anak-anak mendapatkan gambaran situasi di sekolah tersebut. "Intinya kita mengenalkan lingkungan madrasah ke siswa agar mereka tidak kaget, kita kenalkan apa saja yang ada di sini termasuk kewajiban hafalan tiga juz Alquran sebagai syarat mengambil ijazah ketika lulus," ujar dia.

Ninsya mengatakan agar memberikan gambaran yang lebih gamblang, di masa orientasi ini siswa akan mendapatkan gambaran simulasi aktivitas yang mungkin akan dilakukannya selama tiga tahun. Sekolah akan membuat 'peragaan' yang mempraktikan aktivitas mulai dari sampai ke sekolah hingga selesai.

Misalnya, ketika sampai di sekolah, kakak kelas yang bertugas membantu proses orientasi ini akan melakukan simulasi bagaimana parkir motor yang baik, menjabat tangan satpam, kegiatan itu akan dibimbing mentor yang memang sudah ditugaskan dalam orientasi ini. "Pengenalan dalam tiga hari ini diharapkan bisa menjadi cerminan bagaimana dan apa saja yang harus dilakukan di tiga tahun yang mereka akan jalani," katanya.

Meina Berlianti staf pengajar di SMP Budi Mulia Dua, Yogyakarta mengatakan sebelum menggelar penyambutan pada Senin (14/7) mendatang, orang tua terlebih dulu akan mendapatkan orientasi pada Sabtu (11/7) besok. Meina mengatakan sama seperti siswa, orang tua juga perlu mengenal sekolah tempat anaknya akan belajar selama tiga tahun ke depan. "Agar orang tua juga memiliki visi yang sama dengan sekolah," ujar Meina, saat dihubungi.

Elemen pendidikan

Sekretaris Jendral Pengurus Besar Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PB PGSI) Suparman mengatakan selama masa orientasi, semua elemen sekolah harus bisa memberikan rasa nyaman di sekolah yang baru. Agar siswa kerasan, tentu saja sekolah harus ramah. Hal ini penting lantaran tidak semua siswa beran-benar menginginkan sekolah tersebut sebagai tempat belajar mereka.

Tak sedikit orang tua memaksakan sekolah tersebut kepada anak mereka. Tak jarang pula karena faktor nilai yang tidak cukup untuk masuk di sekolah idaman, sang siswa terpaksa sekolah di tempat tersebut. Kesan yang ramah ini, penting agar siswa yang awalnya terpaksa bersekolah di situ bisa membuka diri dan bersemangat di sekolah yang baru.

Yang perlu ditekankan, sekolah sebagai suatu elemen pendidikan harus menjauhkan diri dari orientasi yang sifatnya tidak mendidik. Tak hanya mengenalkan dari sisi akademik saja, pada masa orientasi ini, siswa perlu ditanamkan bagaimana memiliki sifat kekeluargaan dengan sesamanya.

Pertama, orientasi itu untuk memberikan rasa nyaman di sekolah yg baru, ketika mereka masuk mereka memperoleh rasa nyaman, guru, dan murid harus menyambut dengan tangan terbuka kepada murid baru.

Memberikan wawasan bahwa sekolah itu adalah dunia pendidikan, jadi harus dijauhi hal-hal yg tidak terkait unsur pendidikan seperti kekerasan, asusila, malas, tidak mau membaca. Sekolah harus bisa membangun nilai-nilai pendidikan. Guru dan siswanya harus bisa menjadi satu keluarga baru. "Biar bagaimanapun sekolah merupakan tempat kedua setelah rumah," kata Suparman.

Selagi masih muda, cukup penting bagi siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Menurutnya, siswa perlu mengaktualisasi diri dengan kegiatan selain belajar agar siswa makin berkembang. Sekolah juga perlu memberikan variasi kegiatan ekstra kurikuler agar siswa lebih berminat serta menjadikan aktivitas tersebut untuk penmgembangan diri. rep:dwi murdaningsih ed: hiru muhammad

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement