Jumat 22 Aug 2014 12:00 WIB
program

Agar Guru Piawai Menjalankan Kurikulum Baru

Red:

Pelaksanaan Kurikulum 2013 masih menemui sejumlah kendala teknis di lapangan. Karena itu, sejumlah lembaga pendidikan perlu waktu penyesuaian agar kurikulum tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.

Salah satu lembaga pendidikan yang melaksanakan pelatihan bagi tenaga pegajarnya adalah Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) Bogor dengan sistem SKS. Kegiatan tersebut diadakan di kampus Sekolah Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, 6-9 Agustus 2014.

Pelatihan diikuti seluruh guru SMP dan SMA Sekolah Bosowa Bina Insani. Adapun pemateri adalah Dr H Rahmat dan Drs H Dedi Suryana MM (keduanya pengawas dinas pendidikan kota Bogor dan narasumber kurikulum nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Panitia juga mendatangkan guru model yang sudah berpengalaman menerapkan Kurikulum 2013 di lapangan.

Direktur Pendidikan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) Sudirman mengatakan, pelatihan tersebut bertujuan agar para guru SBBI mendapatkan gambaran  yang komprehensif mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013 dengan sistem SKS di kelas. Hal itu mencakup perencanaan, pelaksanaan di kelas, hingga evaluasi. "Dengan adanya pelatihan ini, kami berharap seluruh guru SMP dan SMA Bosowa Bina Insani siap melaksanakan Kurikulum 2013," ujar Sudirman.

Narasumber kurikulum nasional Rahmat mengakui, Kurikulum 2013 merupakan sesuatu yang baru karena itu pelatihan sangat diperlukan oleh para guru agar bisa memahami dan melaksanakannya. Saat guru ini yang harus ditatar Kurikulum 2013 berjumlah 1,3 juta orang. Terdiri dari 178 ribu kelapa sekolah dan 30 ribu pengawas di seluruh Indonesia.

Secara umum, kata Rahmat, ada dua sistem pelajaran di sekolah. Pertama, sistem paket semester, yakni setiap semester sudah ada paket kurikulumnya. Rata-rata satu semester terdiri dari tujuh pelajaran. Kedua, sistem kredit semester (SKS).

Dalam hal ini siswa mengambil jumlah pelajaran sendiri. Yang menentukan porsinya adalah siswa itu sendiri. Kurikulum 2013 berbasis aktivitas  dan karya/kreativitas. Semua itu dikerjakan oleh siswa dengan senang hati. "Filosofi itu yang kita kembangkan pada Kurikulum 2013," tuturnya.

Hal lain yang menonjol dalam Kurikulum 2013 adalah kolaborasi antarmata pelajaran. "Kalau ada yang bisa diintegrasikan, silakan diintegrasikan," tegasnya.

Selain itu, belajar tidak dimulai dari memahami, tapi dari bertanya. Kurikulum 2013 merangsang siswa untuk mencari tahu tentang fakta (apa), konsep (mengapa), dan prosedur (bagaimana). "Jadi, belajar dimulai dengan menanyakan tentang apa, mengapa, dan bagaimana," papar Rahmat.

Pada pelatihan tersebut Deddy Suryana membahas tentang penilaian proses dan hasil belajar. Ia menegaskan hal pertama kali yang perlu dikuasai para guru adalah pemahaman mengenai kompetensi. Kompetensi adalah integrasi atau kesatuan dari iman, ilmu, dan amal. Iman adalah afektif (sikap), ilmu adalah kognitif (pengetahuan), sedangkan amal adalah psikomotorik (keterampilan).

Pembelajaran Kurikulum 2013 harus mendorong siswa untuk aktif. Jadi, tidak hanya satu arah.  Pembelajaran diberikan secara interaktif, inspiring, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. rep:irwan kelana ed: hiru muhammad

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement