Sejarah mencatat, pada abad ke-18 hingga awal abad ke-19, di Kalimantan Selatan hidup seorang ulama besar bernama Syekh Muhammad Arsyad Albanjari. Ia ternama sebagai salah satu tokoh utama penyebar agama Islam di kawasan tersebut.
Lama setelah Syekh Albanjari berpulang, pengaruhnya tak kunjung luruh di Kalimantan Selatan dan wilayah sekitarnya. Dalam satu dan lain hal, kehadiran Syekh Albanjari pada ratusan tahun lampau itu ikut membentuk peta perpolitikan di Kalimantan Selatan hingga saat ini.
Ajaran Islam yang dibawa Syekh Albanjari dianggap masyarakat Kalimantan Selatan dekat dengan prinsip-prinsip Nahdlatul Ulama (NU) yang hadir kemudian hari. Hal tersebut ujung-ujungnya membuat provinsi tersebut jadi salah satu basis terkuat NU selain di Jawa Timur.
Kecenderungan tesebut memengaruhi pilihan politik warga Kalimantan Selatan sejak Pemilu 1955. Saat itu, Masyumi dan NU jadi parpol pemuncak perolehan suara.
Pada pemilu-pemilu awal masa Orde Baru, PPP selalu membayangi perolehan suara Golkar. Kendati demikian, tindakan represif dan kemudian penetrasi persuasif Golkar terhadap kaum bangsawan dan santri di Kalimantan Selatan berhasil membalikkan keadaan pada 1982.
Kecenderungan para bangsawan dan santri yang berhasil direbut Golkar terus bertahan hingga Pileg 2014 lalu. Kendati demikian, suara parpol-parpol Islam, terutama PKB dan PPP yang punya akar di NU, selalu signifikan.
Sementara, PDI Perjuangan yang sempat berjaya di Kalimantan Selatan pada Pemilu 1999 dapat hasil tak begitu menggembirakan pada pileg lalu. Suara yang dikumpulkan parpol tersebut di bawah dua kekuatan tradisional, PKB dan PPP.
Pada pilpres kali ini, NU tak menjatuhkan pilihan tunggal ke salah satu calon presiden dan calon wakil presiden. Sebagian di antarnya bergabung dengan kubu Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK), lainnya dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Dengan begitu, Golkar bisa jadi kekuatan penarik suara. Semisal Golkar bisa mengasosiasikan diri secara signifikan ke Prabowo-Hatta, pasangan tersebut bisa punya keunggulan di Kalimantan Selatan.
oleh:Fitran Zanzami
Hasil Pilpres 2009 di Kalsel:
Megawati-Prabowo: 21,80
SBY-Boediono: 64,02
JK-Wiranto: 14,18
Pemilukada Kalsel 2010:
Pemenang: Rudy Ariffin-Rudy Resnawan (46,81 persen)
Pendukung: PPP, Gerindra
Runner-up: Zairullah Azhar-Habib Aboe Bakar al-Habsyi (22,65 persen)
Pendukung: PKB, PKS
Suara Koalisi pada Pileg 2014 di Kalsel:
Jokowi-JK:
PDIP: 10,47 persen
Nasdem: 5,57 persen
PKB: 11,14 persen
Hanura: 5,17 persen
PKPI: 0,78 persen
Total: 33,13
Prabowo-Hatta:
Gerindra: 9,38 persen
PAN: 3,97 persen
PKS: 8,28 persen
PPP: 11,70 persen
Golkar: 26,46 persen
PBB: 1,67 persen
Total: 61,46
Demokrat (netral): 5,50 persen
Daftar Pemilih Tetap Kalsel: 2.804.211
Suara Sah: 1837931
sumber:Pusat Data Statistik/Komisi Pemilihan Umum