Kamis 19 Jun 2014 14:00 WIB

Capres Belum Singgung Pemberdayaan Petani

Red:

KUPANG -- Dua kandidat calon presiden-calon wakil presiden tidak menyinggung mengenai pemberdayaan petani. Padahal, pemberdayaan petani merupakan kunci sukses untuk menekan impor pangan.

Thomas Ola Langoday dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), berpendapat, kunci sukses menekan impor pangan adalah pemberdayaan petani. "Bukan dengan membuka lahan pertanian atau persawahan baru jutaan hektare," kata dia menanggapi visi misi capres-cawapres dalam bidang pangan, Rabu (18/6).

Menurut dia, pembukaan lahan baru tanpa menyediakan sumber daya manusia, petani, yang memadai akan sia-sia. Sayangnya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Jokowi-Jusuf Kalla tidak menyinggung bagaimana memberdayakan petani kita agar lebih produktif dan mampu memenuhi pasongan pangan untuk kebutuhan dalam negeri.

Dalam bidang pangan, Prabowo-Hatta akan mencetak dua juta hektare lahan pertanian baru dan riset pangan Rp10 triliun. Jokowi-JK akan menyediakan irigasi untuk tiga juta hektare sawah dan satu juta hektare lahan sawah baru di luar Pulau Jawa.

Thomas menjelaskan, sekarang ini hampir semua komoditas pangan diimpor. Mulai dari beras, jagung, tepung, kedelai, daging, ikan olahan, dan makanan olahan. Bahkan, garam dan daging sapi juga diimpor. Padahal, Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam.

Dia menyatakan, inilah kesalahan terbesar pemimpin bangsa ini yang selalu berorientasi pada pembangunan fisik dan lupa membangun sumber daya manusia (SDM). "Kalau kita memiliki SDM yang baik dan bisa mengelola SDA, kita tidak perlu impor pangan. Minimal, mengurangi impor sebagian komoditas pangan yang selama ini harus diimpor," kata dia.

Ketika berkampanye di Cirebon, Jawa Barat, kemarin, Jokowi menyebutkan, penggunaan kereta untuk distribusi logistik ke daerah-daerah. Termasuk, pengangkutan produk pertanian. Karena itu, dia mengatakan, akan membangun double track atau rel ganda kereta api di semua jalur.

Pada kampanye di Malang, Selasa (17/6), Jusuf Kalla berjanji mengurangi impor kedelai dengan memperbanyak pengembangan tanaman tersebut. "Kedelai Indonesia lebih gurih, tapi stoknya sangat terbatas," kata dia.

JK menjelaskan, ketersediaan kedelai dalam negeri maksimal hanya untuk enam bulan. Sisanya, para pelaku usaha harus mengandalkan produk luar. "Perlu ada upaya untuk mengurangi ketergantungan ini. Kawasan yang produktif untuk pengembangan tanaman kedelai harus segera dipikirkan," ujar dia.

Prabowo mengatakan, presiden terpilih harus memfokuskan pangan. Ketika berkampanye di Makassar, Sulawesi Selatan, pria berdarah Manado ini menyebutkan ciri masyarakat Indonesia Timur, di antaranya, makan banyak.

"Makannya banyak. Makanya, pemimpin-pemimpin Indonesia harus mengurus pertanian supaya rakyatnya cukup makan," kata dia.rep:halimatus sa'diyah/irfan fitrat/andi mohammad ikhbal/antara ed: ratna puspita

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement