JAKARTA -- Politisi Partai Demokrat Ruhut ‘Poltak’ Sitompul akhirnya memutuskan mendukung pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) dalam Pemilihan Presiden 2014. Keputusan Ruhut mengklaim dukungannya kepada Jokowi-JK sesuai kata hati. Ini karena pasangan Jokowi-JK dinilai memiliki tagline (slogan) kampanye yang lebih baik daripada pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
"Jadi aku melihat tagline mereka Indonesia Hebat," ujar Ruhut kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (23/6).
Secara filosofis, terang Ruhut, slogan kampanye Indonesia Hebat menunjukkan apresiasi terhadap pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ruhut menyatakan, SBY sudah bekerja keras, cerdas, dan bersih mengharumkan nama Indonesia di dunia Internasional.
Artinya, lanjut Ruhut, pemerintahan Jokowi-JK mengakui Indonesia menjadi negara hebat di bawah kepemimpinan SBY. "Karena 10 tahun Pak SBY melanjutkan pemerintah sebelumnya. Jadi memang Indonesia hebat," kata Ruhut.
Sementara itu, Ruhut menyatakan tidak sepakat dengan slogan Indonesia Bangkit yang diusung pasangan Prabowo-Hatta. Menurutnya, slogan itu memberi kesan pemerintahan SBY tidak melakukan apa-apa selama 10 tahun berkuasa. "Emangnya Indonesia selama ini tidur?" cibir Ruhut.
Ruhut mengaku tidak khawatir sikapnya akan mendapat cibiran dari kawan maupun lawan politiknya. Menurut Ruhut, pilihan politiknya merupakan hal wajar sebagaimana yang dilakukan kawan-kawan politiknya di Demokarat yang mendukung Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK. "Apa pun orang boleh bilang apa jelek-jelekin, Ruhut kan tokoh nasional juga dong," katanya.
Ruhut mengklaim dirinya sudah meminta restu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Saya sudah minta izin ke Pak SBY. Dia (SBY) mengatakan iya," kata Ruhut.
Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf mengatakan klaim Ruhut soal restu SBY tidak benar. Menurutnya, sampai saat ini SBY masih bersikap netral. "Kami minta Ruhut tidak mengatasnamakan atau membawa-bawa nama SBY dalam mendukung capres lain yang tidak sesuai garis rapimnas," katanya.
SBY, kata Nurhayati, tidak mungkin melanggar keputusan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Demokrat yang menyatakan Demokrat bersikap netral dalam Pemilu Presiden 2014. "Tidak mungkin ketua umum kami lari dari keputusan yang dipimpinnya langsung," ujarnya.
Dia juga meminta Ruhut Sitompul bersikap jantan soal keputusannya mendukung Jokowi-JK. "Sebetulnya lebih gentlement (jantan) kalau Pak Ruhut mundur," kata Nurhayati.
Nurhayati mengatakan dukungan Ruhut kepada Jokowi-JK tidak sejalan dengan garis keputusan partai saat rapimnas pada 18 Mei 2014. Ketika itu, kata Nurhayati, tidak ada satu pun kader Demokrat yang memberi suara dukungan kepada Jokowi-JK, termasuk Ruhut. "Hasil rapimnas yang menjadi pegangan kami semua merupakan keputusan bersama," ujar Nurhayati. rep:muhammad akbar wijaya ed: muhammad fakhruddin