Tak sepakatnya lembaga-lembaga survei soal siapa yang memenangi Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 memunculkan bintang baru pada pilpres kali ini. Oleh penyelenggara pemilu, ia mafhum disebut formulir C1.
Formulir tersebut adalah dokumen yang merekam hasil perhitungan suara di tingkat tempat pemungutan suara (TPS). Tahun ini, ada hologram di dokumen tersebut untuk mencegah pemalsuan hasil perhitungan.
Entah akibat hasil quick count tak definitif menentukan pemenang atau pendukung tiap-tiap calon tak sabar menunggu perhitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) lalu tim sukses berpaling pada dokumen tersebut. Setiap pihak buru-buru merekapitulasi hasil yang tertera pada dokumen tersebut menurut rekaman saksi calon masing-masing.
Foto:ASEP FATHULRAHMAN/antara
Petugas PPK memaparkan dokumen C1 di Banten , Rabu(16/7).
Anehnya, hasil rekapitulasi tiap kubu capres-cawapres tak seragam. Dari kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Ketua Tim Kampanye Nasional Bidang Data dan Saksi Taufik Ridho mengatakan, pasangan nomor urut satu ini mengungguli Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK).
Anggota tim data pasangan Jokowi-JK, Djarot Saifulah Hidayat, mengungkapkan sebaliknya. Justru, pasangan Jokowi-JK yang mengungguli Prabowo-Hatta.
Kendati hasil yang berbeda tersebut, KPU yang mestinya dijadikan rujukan resmi tak kunjung diindahkan kedua pihak. Terlebih, sejumlah rekaman formulir C1 yang diunggah di laman milik KPU ditemukan janggal.
Tapi, bukan KPU dan tim sukses semata yang merekam dokumen C1 tersebut. Sejak sengkarut hasil quick count mengemuka, Kadiv Humas Polri Irjen Ronnie F Sompie mengatakan bahwa seluruh petugas kepolisian yang menjaga TPS diinstruksikan mengambil gambar formulir C1 di TPS bersangkutan.
Ronnie menegaskan, perekaman hasil Pilpres 2014 yang dilakukan kepolisian tersebut tak dipublikasikan. Ia digunakan sebagai bukti bila terjadi sengketa terkait hasil pemilu.
Pernyataan kepolisian soal perekaman C1 yang mereka lakukan kemudian menimbulkan tanya. "Siapa lagi yang merekam hasil pemilihan umum?" Sejumlah tangan menuding ke pihak Istana Negara. Gestur Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memanggil kedua pasangan pada malam setelah pencoblosan dinilai mengisyaratkan ia mengetahui hasil pemilu terlebih dahulu.
Pihak Istana buru-buru menyangkal dugaan tersebut. Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha mengatakan tidak ada pusat tabulasi suara di Istana Negara maupun kediaman SBY di Cikeas. Yang ada, Julian mengungkapkan, yakni fasilitas video conference saat Presiden berkomunikasi dengan pimpinan TNI dan Polri di pusat maupun daerah. Ia menegaskan, "SBY belum mengetahui siapa pemenang pilpres."
Kapuspen Mayjen TNI M Fuad Basya mengatakan, lembaganya tak mengeluarkan instruksi untuk melakukan pencatatan formulir C1. Kendati demikian, di lapangan lain ceritanya.
Pangdam VII/Wirabuana Mayor Jenderal Bachtiar menyatakan, anak buahnya yang bertugas mengawal TPS memegang data C1. Ia mengungkapkan, yang dipegang prajurit TNI, yaitu salinan dan gambar hasil jepretan kamera formulir C1.
Menurutnya, dokumen berupa gambar maupun salinan C1 itu tidak dijadikan pembanding dan bukan kebutuhan pihak lain selain Kodam VII/Wirabuna. Kecuali, jika dokumen itu dibutuhkan negara sebagai alat bukti dan pembanding. "Kalau suatu saat nanti dibutuhkan maka kita siap," katanya.
Dengan begitu, ada sejumlah pihak yang memegang rekaman formulir C1 dari seluruh TPS nantinya. Di antaranya, KPU, tim sukses kedua pasangan calon, Polri, dan TNI. Soal rekaman siapa yang paling benar, mungkin hanya masing-masing yang tahu. rep: andi mohammad ikhbal/antara ed: fitriyan zamzami