Jumat 18 Jul 2014 12:00 WIB

Ical Anggap Wajar Perpecahan

Red:

SURABAYA -- Desakan untuk menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub) ditanggapi santai Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical). Dia menilai, kader muda yang mewacanakan percepatan munas hanya untuk syahwat politik.

"Itu hanya merupakan orang-orang yang tidak memiliki hak suara di partai dan hanya untuk syahwat politik agar mereka bisa menentukan kabinet," kata Ical, Rabu (16/7) malam.

Ia menjelaskan, munas itu harus sesuai dengan aturan main, yakni harus merupakan usulan mereka yang punya hak suara. "Yang ngomong itu semua tidak punya hak suara. Tidak ada juga suara daerah yang menginginkan munas dipercepat, padahal percepatan munas hanya bisa dilakukan jika terdapat restu dari dua per tiga DPD II Golkar, atau ada rapimnas," katanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Agung Supriyanto/Republika

Rapimnas Golkar

Ditanya kemungkinan ada perpecahan di tubuh Golkar terkait pilpres, ia menilai hal itu masih wajar. "Namanya juga partai besar, tentu dinamikanya juga besar. Itu wajar," katanya.

Tentang kemungkinan pemecatan terhadap kader Golkar yang mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), ia mengatakan pemecatan itu bukan dilakukan ketua umum, tetapi ada-tidaknya pelanggaran aturan. "Jadi, mereka melanggar aturan karena mereka mendukung Jokowi-Jusuf Kalla, padahal keputusan rapimnas sudah mendukung pencalonan Prabowo-Hatta," ujarnya.

Namun, kader yang melanggar dan terancam pemberhentian masih dapat membela diri dengan melapor ke mahkamah partai. "Jadi, bukan ada perpecahan, tapi ada pelanggaran aturan main organisasi," katanya.

Politisi senior Golkar Luhut Pandjaitan menilai, Partai Golkar di bawah kepemimpinan Ical akan mengalami guncangan apabila Jokowi-JK ditetapkan sebagai pemenang Pilpres 2014. Hal itu dilandasi dua hal, yakni keterlibatan Golkar mendukung revisi UU MPR, DPR, DPD, DPRD (MD3), dan keterlibatan dalam koalisi permanen partai pendukung Prabowo-Hatta. "Aburizal tidak punya mandat melakukan itu," katanya.

Menurut Luhut, hal tersebut bakal memicu perubahan di tubuh Golkar secara lebih cepat dari seharusnya meskipun dirinya secara pribadi menginginkan perubahan itu terjadi sesuai aturan main.

Luhut mengatakan, dia sama sekali tidak berminat menggantikan posisi Ical sebagai ketua umum Golkar. Menurut Luhut, masih banyak kader muda Golkar yang layak untuk memimpin partai berlambang pohon beringin itu.

Dia hanya mengharapkan Ketua Umum Partai Golkar selanjutnya mampu memberikan teladan cara berorganisasi dengan baik agar bisa menjadi contoh yang baik bagi generasi selanjutnya. "Harapan saya ketua umum Golkar tidak sekadar pintar atau punya harta, tapi dia mampu memberikan teladan bagaimana berorganisasi dengan bagus. Terus terang kita miskin teladan saat ini," kata Luhut.

Dia mengatakan, ketua umum Golkar juga harus memiliki hati untuk melaksanakan satu tugas. Dengan begitu, generasi yang akan datang bisa melihat teladan baik itu dari generasi pendahulunya. antara ed: muhammad fakhruddin

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement