Jumat 13 Jan 2017 16:00 WIB

Pemilih Bandingkan Paslon

Red:

JAKARTA – Setiap pasangan calon (paslon) peserta Pilkada Serentak 2017 melampirkan visi, misi, dan program secara tertulis pada saat mendaftarkan diri. Dokumen inilah yang akan diuji, sejauh apa paslon memahami visi dan misinya yang tertulis itu.

Menurut Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), Masykurudin Hafidz,  bagi paslon dari partai politik atau gabungan partai, dokumen visi misi adalah bagian penting untuk membunyikan gagasan partai politik tersebut terhadap kemajuan daerah melalui pasangan calon yang diusungnya. "Suara paslon mencerminkan juga gagasan garis ideologi dan kebijakan partai politik pengusung," kata Masykurudin, Kamis (12/1).

Karena itu, lanjut Masykurudin, begitu pentingnya dokumen visi, misi dan program menjadi bahan debat bagi paslon. Karena dokumen inilah yang menjadi acuan dalam penyusunan rencana pembangunan daerah selama lima tahun kepemimpinan.

Dengan demikian, debat adalah tempat menguji ketajaman visi, misi dan program tersebut. Jika selama ini masyarakat pemilih bertemu langsung dengan pasangan calon, informasi yang diterima hanya satu jalur.

"Tetapi melalui debat, dengan mempertemukan seluruh pasangan calon dalam satu tempat, maka masyarakat pemilih dapat membandingkan secara langsung satu pasangan calon dengan pasangan calon lainnya secara bersamaan," kata Masykurudin.

Oleh karena itu, debat akan semakin baik jika tidak hanya mengukur kemampuan paslon dalam cara menjawab pertanyaan dan merangkai kata. Tetapi yang lebih penting, sejauh mana gagasan untuk menjadikan daerah lebih baik yang tercantum dalam dokumen visi, misi dan program lebih dirasakan oleh masyarakat pemilih.

"Sehingga dengan begitu, pemilih semakin yakin untuk datang ke TPS menentukan pilihannya. Berdasarkan gagasan yang disajikan oleh pasangan calon dalam debat ini," kata Masykurudin.

Salah satu daerah Pilkada yang akan menyelenggarakan debat adalah DKI Jakarta pada Jumat (13/1) malam ini. Salah satu calon gubernur, Agus Harimurti Yudhoyono berpendapat, debat kandidat yang diselenggarakan KPU DKI Jakarta memang penting, tetapi bukan segalanya. Itu tak lain karena menurutnya ada yang lebih penting, yakni bertemu dengan mayarakat dan menyampaikan aspirasi secara langsung.

"Debat bukan lah segalanya. Saya anggap itu penting, tapi bukan segalanya. Bagi saya, yang segalanya bertemu langsung dengan masyarakat," kata Agus di Cawang, Jakarta Timur, Rabu (11/1).

Putra sulung Susilo Bambang Yudhoyo (SBY) itu menambahkan, debat kandidat merupakan bagian kecil dari keseluruhan kampanye. Alasan itu lah yang membuat Agus tak henti-hentinya memanfaatkan tiga bulan masa kampanye dengan menyapa berbagai kalangan masyarakat di berbagai daerah yang ada di Jakarta.

"Saya selama tiga bulan ini melakukan gerilya lapangan, bertemu dengan puluhan ribu masyarakat yang ada di berbagai daerah Jakarta setiap harinya. Merekalah yang akan memilih, merekalah yang akan datang ke tempat pemungutan suara. Jadi itu adalah upaya penting dan mendasar," ucap Agus.

Sementara, cagub nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berharap dirinya diberi pertanyaan sulit. Hal itu dimaksudkan supaya debat bisa dijadikan juga sebagai kesempatan bagi dirinya atau calon wakilnya, Djarot Saiful Hidayat, untuk mengklarifikasi sejumlah isu negatif terkait pasangan pejawat itu.

Menurut Ahok,  dirinya dan Djarot banyak diterpa isu negatif selama masa kampanye. Contohnya, isu bahwa dirinya adalah sosok kepala daerah yang tidak pro terhadap umat Muslim.

Ahok mengatakan, pertanyaan sulit dari calon lain akan membuatnya dapat mengklarifikasi isu-isu itu. Ahok beranggapan, calon lain akan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menyerang atau memojokkan. Materi pertanyaan-pertanyaan itu, bisa jadi adalah hal yang menjadi isu negatif yang selama ini ditujukan untuk Ahok dan Djarot.

"Jadi, semakin pertanyaannya sulit, bagi saya semakin itu menjadi kesempatan terbuka (untuk melakukan klarifikasi). Masyarakat jadi sadar, (berpikir) 'Oh selama ini ternyata itu fitnah'. 'Oh ternyata selama ini hanya sebuah kampanye hitam'," ujar Ahok.

Sedangkan cagub nomor urut tiga, Anies Baswedan, menginginkan format debat pasangan calon yang diselenggarakan KPU DKI agar dibuat lebih interaktif. Debat harus bisa menggali lebih dalam ide dan gagasan paslon agar diketahui masyarakat.

Format debat yang interaktif antarpaslon bisa lebih membuka secara gamblang program yang dicanangkan masing-masing pasangan. Hal tersebut juga menghindari jawaban normatif dari paslon. Sehingga, kata dia, warga DKI akan diuntungkan untuk mengetahui lebih jauh sosok calon yang akan dipilih.

"Saya berharap formatnya dialog, sehingga bisa follow up pertanyaan. Kalau nggak ada follow up nanti normatif terus. Kalau normatif terus itu parade monolog," kata dia di sela-sela kampanye di Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara, Kamis (5/1).

Anies mengaku tak ingin debat hanya monoton dengan dialog antara panelis dan pasangan calon. Dia berharap antarpasangan calon bisa saling tanya dan menjawab hingga dua atau tiga pertanyaan balik. Selain bisa memperdalam, kata dia, antarcalon bisa mengadu gagasannya.       rep: Dadang Kurnia/antara, ed: Muhammad Hafil

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement