Ekuador bertekad tampil baik demi mendiang penyerangnya, Cristian Banites, yang meninggal dunia pada 2013.
Ekuador bisa lolos langsung ke putaran final Piala Dunia 2014 berkat keperkasaannya dalam laga kandang. Raihan terburuk tim berjuluk La Tri hanyalah saat bermain imbang 1-1 menjamu Argentina. Selebihnya, Ekuador sukses menumpas semua tamunya di Zona Amerika Latin.
Keperkasaan Ekuador itu bukan karena strategi semata, melainkan berkat faktor Stadion Olimpico Atahualpa yang terletak pada ketinggian 2.800 meter di atas permukaan laut. Kondisi ini menyulitkan para pemain dari tim lain dalam bertanding karena kadar oksigen yang tipis. Kecuali Peru dan Bolivia, kedua tim ini tidak begitu bermasalah karena kandang mereka juga berada di dataran tinggi.
Ekuador memetik enam kemenangan dalam laga kandang. Dua di antaranya merupakan kemenangan bergengsi melawan Kolombia (1-0) dan Cile (3-1) yang merupakan raksasa Amerika Latin. Produktivitas pun cukup tinggi. Ekuador mencetak 14 gol, hanya kalah empat gol dari Argentina yang finis di urutan pertama.
Namun, performa Ekuador sangat buruk dalam laga tandang. Tim yang menjalani debutnya pada Piala Dunia 2002 ini tidak berhasil memetik kemenangan di kandang lawan. Ekuador menuai tiga kekalahan dan dua kali imbang. Semakin ironis karena Ekuador hanya sanggup mencetak tiga gol.
Ekuador cukup beruntung bisa finis di empat besar dan menyegel tiket langsung ke putaran final karena unggul selisih gol atas Uruguay di peringkat lima meskipun sama-sama mengoleksi 25 poin. Itu tidak terlepas dari prestasi kandang Ekuador yang hanya kebobalan tiga gol.
Dengan fakta tersebut, Ekuador diragukan bisa berbicara banyak di Brasil. Apalagi, Ekuador berada di Grup E yang bercokol Prancis, Swiss, dan Honduras. Ekuador pun harus beradaptasi lebih lama dengan cuaca panas di Negeri Samba yang menjadi kekhawatiran tim-tim Eropa.
Permasalahan Antonio Valencia dkk tak berhenti sampai di situ. Ekuador kehilangan striker andalannya, Cristian Benitez, yang meninggal akibat serangan jantung saat berlaga bersama klub barunya, El Jaish, pada 29 Juli 2013. Benitez tutup usia setelah satu bulan sebelumnya mencetak gol tunggal kemenangan dalam laga kelima kualifikasi melawan Kolombia.
Kepergian Benitez meninggalkan lubang di lini serang Ekuador. Maklum, Benitez merupakan top skorer ketiga sepanjang masa Ekuador dengan torehan 24 gol. Ujung tombak Ekuador kini bakal dipercayakan sepenuhnya kepada striker Al-Jazira, Felipe Caicedo, yang berada di peringkat delapan top skorer tim.
Antonio Valencia, yang dipercaya sebagai kapten menggantikan Benitez, sangat merasa kehilangan atas kepergian sahabat kentalnya tersebut. Valencia ingin membawa Ekuador untuk melaju sejauh mungkin sebagai persembahan kepada mendiang Benitez. "Benitez tidak mungkin bisa tergantikan. Kami akan tampil baik untuknya," kata Valencia dilansir laman AFP, belum lama ini.
Dari segi permainan, Ekuador merupakan tim yang mengandalkan serangan sayap. Menggunakan formasi 4-4-2, pelatih Ekuador Reinaldo Rueda selalu mempekerjakan Antonio Valencia dan Jefferseon Montero untuk membuka ruang bagi para striker.
Meskipun Valencia saat ini menjalani musim sulit bersama Manchester United, ia tetap menjadi andalan Ekuador. "Valencia adalah sosok tepat penerus ban kapten selepas kepergian Benitez. Sama seperti Benitez, Valencia punya jiwa kepemimpinan yang bagus di lapangan," ujar Rueda.
Ekuador memulai keikutsertaannya di Piala Dunia sejak 1962. Namun, butuh waktu 40 tahun bagi Ekuador untuk lolos kualifikasi dan akhirnya menjalani debut di Piala Dunia 2002.
Pada Piala Dunia 2006 Jerman, Ekuador mendampingi tuan rumah lolos ke babak 16 besar.setelah lolos ke piala dunia 2010, Ekuador kini bertekad untuk mengulang prestasi Piala Dunia 2006.
rep:satria kartika yudha ed: abdullah sammy
Julukan: La Tri
Pelatih: Reinaldo Rueda
Kapten: Antonio Valencia
Top skorer: Agustin Delgado (31 gol)
Penampilan: 2 (2002, 2006)
Penampilan terbaik: 16 besar Piala Dunia 2006
Lolos ke Brasil : Peringkat Empat Conmebol
Skuat Sementara:
Kiper: Maximo Banguera (Barcelona SC), Alexander Dominguez (LDU Quito), Adrian Bone (El Nacional)
Bek: Frickson Erazo (Flamengo), Jorge Guagua, Jhon Narvaez, Oscar Bagui, Gabriel Achilier (all Emelec), Walter Ayovi (Pachuca), Juan Carlos Paredes (Barcelona SC), Cristian Ramirez (Fortuna Duesseldorf)
Gelandang: Segundo Castillo (Al-Hilal), Carlos Gruezo (VfB Stuttgart), Renato Ibarra (Vitesse Arnhem), Cristian Noboa (Dynamo Moscow), Pedro Quinonez (Emelec), Luis Saritama (Barcelona SC), Antonio Valencia (Manchester United), Edison Mendez (Independiente Santa Fe), Fidel Martinez (Tijuana), Oswaldo Minda (Chivas USA), Michael Arroyo (Atlante)
Penyerang: Felipe Caicedo (Al-Jazira), Jefferson Montero (Morelia), Joao Rojas (Cruz Azul), Armando Wila (Universidad Catolica, Ecuador), Jaime Ayovi (Tijuana), Enner Valencia (Pachuca), Cristian Penilla (Barcelona SC), Angel Mena (Emelec)