Rabu 11 Jun 2014 13:00 WIB

Sepp Blatter: Media Inggris Rasis

Red:

DOHA -- Isu korupsi terkait pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 terus berkembang. Terbaru, Presiden FIFA Sepp Blatter menyanggah jika ada tuduhan pembelian suara dalam pemilihan Qatar sebagai tuan rumah. Bahkan, Ia malah menyebut jurnalis yang melakukan investigasi kasus ini dimotivasi oleh sikap rasialisme. "Ada berbagai isu terkait Piala Dunia di Qatar nanti, tapi sayangnya hal itu didorong oleh rasa diskriminasi dan rasialisme," ujar Blatter, seperti dilansir BBC, Selasa (10/6).

Sebelumnya, the Sunday Times memberitakan adanya dugaan kasus suap yang di lakukan mantan anggota Komite Eksekutif FIFA, Mohammed bin Hammam. Dalam pemberitaannya, Hammam disebut-sebut menyuap sejumlah pejabat sepak bola untuk mendukung negara Timur Tengah itu menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Salah satu media ternama di Inggris tersebut bahkan mengaku telah melihat semua bukti yang bisa menyudutkan dan menggagalkan Qatar menjadi tuan rumah. "Kami telah melihat berita yang dicetak oleh media Inggris itu. Kami harus tetap bersatu. Mereka ingin menghancurkan institusi ini," kata Blatter lagi.

Pria yang telah menjabat sebagai presiden badan sepak bola tertinggi selama 16 tahun ini menegaskan, FIFA harus melawan segala tindak diskriminasi dan rasialisme. Sikap Blatter tersebut didukung sepenuhnya oleh Ketua Olimpiade Asia (OCA) Sheikh Ahmad Al-Fahad Al-Sabah dan Konfederasi Sepakbola Afrika (KSA). Mereka pun mengungkapkan akan tetap mendukung Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.

Kasus dugaan suap yang melanda negeri kaya minyak itu tengah ditangani oleh tim penyidik FIFA, Michael Garcia. Ia diharapkan dapat memberikan laporannya kepada FIFA pada pertengahan Juli mendatang.

Blatter berharap Komisi Etik FIFA akan menetapkan langkah atas laporan Garcia tersebut dalam tiga atau empat bulan ini. "Saya harap September atau Oktober ini," katanya kepada para pejabat AFC.

Dalam investigasinya, Garcia bertugas menyelidiki siapa saja yang berkaitan dengan proses penawaran tuan rumah Piala Dunia, baik untuk tahun 2018 maupun 2022. Pihak Qatar sendiri telah memberi sanggahan terkait masalah tersebut.

Federasi Sepak Bola Qatar pun merasa yakin negaranya akan tetap mempertahankan hak sebagai tuan rumah. "Qatar memenangkan hak itu berdasarkan prestasi dan kami yakin pada akhir proses nanti pemberian hak untuk (menjadi tuan rumah) Piala Dunia 2022 tetap menjadi milik kami," ujar Panitia Piala Dunia Qatar.

Sementara itu, para pejabat sepak bola Afrika menuding media Inggris yang memunculkan isu suap itu sebagai penyebar fitnah dan kebencian terhadap Afrika. Dalam pernyataan yang sama, mereka memuji Blatter yang dinilai terus berperan dalam pengembangan sepak bola Afrika.

FIFA mendapat sorotan terkait keputusan pada tahun 2010 yang memenangkan Qatar untuk tuan rumah Piala Dunia 2022. Lima dari enam mitra bisnis terbesar FIFA, yakni Adidas, Sony, Visa, Coca-Cola, dan Hyundai telah menyerukan perlunya investigasi atas dugaan bahwa pejabat Qatar menggelontorkan uang suap jutaan dolar.

Ketika itu, Qatar mengalahkan AS, Australia, Jepang, dan Korea Selatan pada voting tuan rumah Piala Dunia 2022, meskipun sebuah laporan teknik FIFA mengingatkan soal tingginya temperatur udara di negeri Timur Tengah itu selama Juni-Juli yang berisiko pada kesehatan. rep:c79 /antara  ed: fernan rahadi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement