Rabu 11 Jun 2014 13:00 WIB

Ancaman dari Sang Mantan Kapten

Red:

Ada setitik kebanggaan buat publik Ghana kala Michael Essien dan kawan-kawan sukses memastikan langkah ke putaran final Piala Dunia 2014. Selain untuk ketiga kalinya secara beruntun berlaga di Piala Dunia, tapi sorotan juga layak diberikan kepada Kwesi Appiah.

Pelatih berusia 53 tahun itu menjadi pelatih lokal pertama yang mampu membawa the Black Stars tampil di Piala Dunia. Keraguan atas kemampuan pelatih-pelatih lokal asal Afrika pun secara perlahan mulai luntur. Bersama Stephen Keshi, pelatih Nigeria, Appiah menjadi dua pelatih asal Afrika yang berkiprah di Brasil 2014.

Jika menilik perjalanan karier Appiah, eks kapten timnas Ghana ini sepertinya memang sudah disiapkan untuk mengisi kursi pelatih utama the Black Stars. Sempat mengambil lisensi kepelatihan di Manchester City dan Liverpool, Appiah diminta mendampingi tiga pelatih asing, yang sebelumnya sempat menukangi Ghana terhitung sejak 2007 hingga 2012 silam. Dimulai dari sebagai asisten pelatih Claude Le Roy, Milovan Rajevac, dan terakhir Goran Stevanovic.

Demi mengasah kemampuannya, Appiah sempat ditunjuk menukangi timnas Ghana U-23. Hasilnya, sebuah medali emas dalam ajang All-Africa Games pada 2011 menjadi koleksinya buat timnas Ghana U-23. Appiah pun akhirnya dipercaya menukangi timnas Ghana senior pada April 2012 dan sukses mengantarkan Kevin Prince Boateng dan kawan-kawan terbang ke Brasil 2014.

Keberadaan pelatih lokal ini pun memiliki keuntungan tersendiri buat Ghana. Pelatih lokal dianggap tidak memiliki kendala dalam hal komunikasi bahasa dengan para pemain. Terlebih, Appiah adalah salah satu mantan pemain timnas Ghana.

Kedekatan personal inilah yang menjadi nilai tambah buat soliditas skuat the Black Stars. ''Di Piala Dunia 2010, kami memiliki pelatih yang bahkan tidak bisa bahasa Inggris. Jadi, cukup sulit buat pemain untuk bisa mengerti instruksi pelatih,'' kata Appiah di Ghana Soccernet, beberapa waktu lalu.

Di mata para pemain, Appiah memang dikenal sebagai pelatih yang tegas. Bahkan, Appiah, yang sempat ditawari bermain di Torino saat masih aktif sebagai pemain, tidak segan-segan untuk menegur pemain-pemain senior dan pemain bintang. Appiah pun lebih memilih untuk tidak terlalu banyak bicara kepada para pemain dan lebih mencoba mendekati mereka secara personal. Bahkan, pada pemain Ghana menjuluki Appiah sebagai ''the Silent Killer''.

Appiah juga mengaku tidak gentar melakoni turnamen internasional resmi pertamanya. Bermodal pemain-pemain yang telah memperkuat Ghana dalam dua edisi Piala Dunia terakhir dan sejumlah pemain-pemain muda, Appiah siap membawa Ghana kembali membuat kejutan. ''Kami tahu, Piala Dunia adalah kompetisi yang tidak mudah. Tapi, kami memiliki pemain-pemain yang berlaga di kompetisi-kompetisi tertinggi,'' ujar Appiah dalam laman resmi FIFA.

Sadar timnya dihuni oleh pemain-pemain berkelas dunia, seperti Kevin Prince Boateng, Sulley Muntari, Michael Essien, serta kembar Ayew, Andre Ayew, dan Jordan Ayew, Appiah juga memberikan penyegaran terhadap pola permainan Ghana.

Jika pada edisi-edisi sebelumnya lebih bermain bertahan dan cenderung menempatkan dua gelandang bertahan, kini Ghana berani bermain lebih terbuka. Tidak jarang, Appiah menurunkan dua winger sekaligus untuk menopang satu penyerang yang ada di ujung serangan the Black Stars. Secara keseluruhan, Appiah dikenal sebagai pelatih yang gemar menerapkan permainan menyerang dengan variasi pola permainan yang berdasar pada formasi 4-4-2. rep:reja irfa widodo  ed: abdullah sammy

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement