FORTAZELA -- Pelatih timnas Jerman Joachim Loew tampak berang di samping lapangan pertandingan. Wajah garang Loew terasa tertampar malu setelah timnya ditahan imbang 2-2 oleh Ghana di Estadio Governador Placido Aderaldo Castelo, Fortaleza, Ahad (22/6) dini hari WIB. Skuatnya gagal mengulangi pencapaian Piala Dunia 2010 ketika sanggup mengalahkan Ghana dengan skor 1-0.
Pada sesi wawancara usai pertandingan, Loew secara terus terang menyatakan kekecewaannya. Kedisiplinan dalam mengawal lawan yang menjadi ciri khas Der Panzer seakan tak banyak berarti di hadapan Ghana.
"Mereka memiliki kecepatan dan kekuatan. Selain itu, mereka memiliki pemain yang bermain di klub yang besar. Mereka berlari tanpa lelah sepanjang 90 menit, bahkan dalam iklim yang bersuhu tinggi sekalipun," ujar Loew, dilansir Goal.
Jerman sempat unggul ketika Mario Goetze mencatatkan namanya di papan skor pada menit ke-51. Hanya berselang tiga menit, skuat besutan Kweshi Appiah itu mampu menyamakan kedudukan usai sundulan Andre Ayew menaklukkan kiper Manuel Neuer.
Asamoah Gyan malah sempat membuat seluruh pemain di bangku cadangan Jerman terdiam ketika ia mencetak gol pada menit ke-63 lewat sebuah tendangan jarak dekat. Dalam posisi tertinggal, Loew membuat keputusan jitu dengan memasukkan gelandang Bastian Schweinsteiger dan penyerang gaek Miroslav Klose.
Tidak perlu waktu lama, Klose sukses menyamakan kedudukan pada menit ke-71. Gol itu bermakna ganda lantaran berhasil menyelamatkan timnya dari kekalahan sekaligus membuat striker Lazio itu menyamai rekor legenda timnas Brasil Ronaldo sebagai top skorer sepanjang masa di Piala Dunia dengan torehan 15 gol.
Loew menyadari, segala kemungkinan dalam sepak bola bisa terjadi. Walaupun Mesut Oezil dan kawan-kawan lebih diunggulkan, bukan tidak mungkin Der Panzer kalah menghadapi tim yang lebih kecil. "Seperti contoh Italia yang dikalahkan Kosta Rika dan Belanda yang hampir gagal memenangi laga kontra Australia," ujarnya.
Pelatih berusia 54 tahun itu cukup takjub dengan raihan satu poin yang didapatkan timnya. Dia mengaku, mengambil banyak pelajaran untuk anak-anak asuhnya. "Kami harus stabil dan memperbaiki pertahanan. Semua pemain harus mematuhi aturan sebab untuk menang kami harus menjadi satu tim yang utuh," katanya.
Dia menyadari, perwakilan Afrika tersebut bermain lebih spartan dibanding Jerman. Dia tidak ingin mengulang kejadian buruk pada dua edisi sebelumnya ketika timnya tersingkir secara menyakitkan. "Dalam aspek psikis, kami harus bermain ekstra hati-hati dan tidak merasa lebih hebat dari lawan. Kami sudah melihat hal semacam ini pada 2006 dan 2010," ujar Loew.
Sementara itu, pelatih Kweshi Appiah menunjukkan rasa bangganya terhadap perjuangan skuat berjuluk the Black Stars itu. Meski harus menyesali kemenangan di depan mata yang tidak bisa dipertahankan, ia menilai, hasil imbang melawan tim pengoleksi tiga trofi juara dunia itu merupakan pencapaian istimewa.
"Ini merupakan pertandingan yang hebat. Jerman memang merupakan tim besar, tetapi anak-anak bekerja dengan sempurna di lapangan. Kami bertarung hingga akhir laga. Sayangnya, menjelang akhir kami kebobolan. Tapi, secara keseluruhan laga berjalan baik," ujar Appiah dilansir Sky Sports.
rep:c60/cr02 ed: erik purnama putra