SAO PAOLO — Asia tidak bisa me ngirim wakilnya ke babak 16 besar Piala Dunia 2014. Semakin ironis karena Jepang, Korea Selatan, Iran, dan Australia samasama angkat koper dengan menjadi juru kunci di masing-masing grup.
Keempat wakil Asia tersebut tidak bisa meraih kemenangan dalam tiga pertandingan grup. Ini meru pakan penampilan terburuk tim Asia di Piala Dunia setelah 24 tahun.
Piala Dunia 1990 di Italia menjadi edisi terakhir di mana tim Asia gagal meraih kemenangan. Korsel dan Uni Emirat Arab yang kala itu menjadi wakil pada putaran final hancur lebur. Keduanya menjadi juru kunci dengan menelan tiga kekalahan.
Presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) Sheikh Salman bin Ebrahim al-Khalifa meminta seluruh elemen sepak bola Asia berbenah dan melakukan evaluasi atas prestasi buruk ini. “Kita harus tahu apa penyebab dari semua ini dan memperbaikinya,” kata Salman, dilansir laman AFP. Akan tetapi, Salman meminta
sepak bola Asia tidak berkecil hati.
Semuanya harus yakin bahwa suatu saat Asia bisa menjadi raja di dunia. Apalagi, ujar dia, Asia pernah mengejutkan dunia ketika Korsel berhasil menembus semifinal Piala Dunia 2002 yang digelar di Korsel dan Jepang. Salman mengatakan bahwa AFC akan berusaha lebih keras untuk mengeluarkan segala potensi dan kualitas sepak bola Asia. “Infrastruktur, kompetisi, sisi ko mersial, dan pembinaan usia muda harus makin gencar kita tingkatkan kualitasnya,” dia berjanji.
Pelatih Jepang asal Italia, Alberto Zaccheroni, mengatakan, faktor fisik menjadi pekerjaan rumah terbesar sepak bola Asia. Bukan soal postur yang kalah besar dengan pemain Eropa, melainkan lebih kepada daya tahan, kekuatan, dan keseimbangan para pemain.
Itulah yang membedakan Lionel Messi dengan pemain lainnya. Meskipun ia memiliki postur pendek, dengan segala kelengkapan faktor fisik yang dimilikinya, Messi bisa
menjadi pemain terbaik dunia.
Kekurangan tersebut yang menjadi salah satu catatan Zacche roni atas kegagalan Jepang. Jepang yang memiliki banyak pemain dengan skill mumpuni tidak bisa bersaing de ngan Kolombia, Yunani, dan Pantai Gading di fase Grup C. Adanya kekurangan dari faktor fisik membuat para pemain Jepang kerap kalah ketika menghadapi situasi man to man.
“Dari segi teknik, Jepang bisa bersaing. Tapi, kami lemah dalam faktor fisik,” kata Zachheroni yang langsung mengundurkan diri setelah kegagalan Jepang.
Juru taktik Korsel Hong Myungbo berpendapat serupa. Meningkatkan fisik pemain bukan perkara mudah. Pemain harus diberikan porsi lebih dalam latihan fisik serta mendapat asupan gizi yang lebih baik.
Dalam hal statistik, Australia memang menjadi tim Asia yang paling buruk di Piala Dunia kali ini. Australia menjadi satu-satunya tim yang tidak meraih poin akibat menelan tiga kekalahan. Meski begitu, bukan berarti permainan Australia sebagai yang paling buruk. Mereka tidak bisa berbuat banyak karena memang tergabung di grup maut. rep:satria kartika yudha ed: abdullah sammy