Ahad 13 Jul 2014 16:00 WIB
samba 2014

Runtuhnya Nama Besar Felipao

Red: operator

Seribu kebaikan akan luntur dengan satu keburukan. Sebesar apa pun jasa Luiz Felipe Scolari untuk sepak bola Brasil di masa lalu, semuanya seolah lenyap akibat kegagalan menjuarai Piala Dunia 2014 di negara sendiri. Semakin menyedihkan karena kegagalan ini diwarnai kekalahan telak 1-7 atas Jerman di semifinal.

Scolari rupanya menyadari hal tersebut. Ia tak lagi dikenal sebagai pelatih yang telah membawa Brasil menjadi juara dunia pada 2002. Melainkan pelatih yang menghadirkan kekalahan terburuk sepanjang sejarah sepak bola tim Samba.

"Saya hanya akan diingat sebagi pelatih yang kalah 1-7," ungkap Scolari seperti dilansir laman AFP, Kamis (10/7).

Pelatih yang akrab disapa Felipao sudah tahu bakal menanggung risiko besar ini. Apalagi, usaha Brasil yang sudah menggelontorkan banyak dana demi menjadi tuan rumah, berakhir sia-sia.

"Risiko ini sudah saya ketahui sejak ditunjuk kembali menjadi pelatih," Scolari menambahkan.

Banyak yang memprediksi bahwa kegagalan ini lantaran komentar-komentar Scolari yang begitu ambisius. Setiap kali ditanya soal peluang, pelatih berusia 65 tahun itu selalu menjawab bahwa menjadi juara adalah harga mati. Dan itu semua bergantung pada para pemain.

Komentarnya itu yang diyakini mendatangkan tekanan bagi Neymar dkk sehingga gagal tampil impresif. Akan tetapi, Scolari merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya tersebut. "Mereka (pemain) sudah tahu sejak awal bahwa mereka memang harus menjadi juara. Saya pikir saya tidak memberikan mereka tekanan dengan ucapan saya tersebut," ujarnya.

Kegagalan Scolari ini membuat publik Brasil teringat kembali pada sosok Joseph Guardiola. Maklum, ketika Federasi Sepak Bola Brasil (CBF) memecat Mano Menezes pada akhir 2012, nama Guardiola muncul sebagai opsi. Masyarakat Brasil rama-ramai mendukung Guardiola melalui kampanye di facebook bertema "Guardiola for Selecao". AKan tetapi, pada akhirnya CBF memilih Scolari.

CBF saat itu beralasan bahwa Brasil tidak butuh pelatih asing untuk menjadi juara. Sebab, Brasil menjadi juara sebanyak lima kali di bawah pelatih lokal.

Kebutuhan akan pelatih asing dibutuhkan untuk menambah inovasi permainan sepak bola Brasil yang selama ini dikenal dengan nama Jogo Bonito. Guardiola kala itu dinilai tepat karena memiliki visi permainan sepak bola menyerang dengan penguasaan bola.

Sekarang, Brasil mungkin menyesal karena saat itu tidak benarbenar mengejar Guardiola. Bagaimana tidak, permainan Jerman yang menghadirkan mimpi buruk atas Brasil, dinilai karena ada sentuhan Joseph Guardiola. Banyaknya pemain Bayern Muenchen di skuat Jerman sudah tentu menulari permainan tim Panser. rep:satria kartika yudha ed: fernan rahadi

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement