Lepas sudah pemilihan calon anggota legislatif (caleg) yang akan menjadi wakil rakyat di parlemen. Rampung sudah penetapannya dan kini mereka mulai harus menyiapkan rencana kerja untuk lima tahun ke depan.
Dari sejumlah anggota dewan yang terpilih, sejumlah kecil nama perempuan termasuk di dalamnya. Namun, syarat keterwakilan perempuan sebanyak 30 persen untuk setiap partai politik tak ada yang terpenuhi.
Di Sulawesi Selatan (Sulsel), jumlah perempuan yang akan menduduki kursi di DPRD Provinsi ini hanya 17, 6 persen. Dari 85 kursi di DPRD Sulsel untuk periode 2014-2019, hanya 15 orang perempuan. Selebihnya, 70 orang atau sekitar 82,3 persen merupakan kaum Adam.
Koordinator advokasi Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Sulsel Anwar Razak mengatakan, sedikitnya jumlah perempuan yang terpilih itu karena tidak terlepas pengaruh sistem pemilu yang digunakan saat ini. Menurutnya, sistem pemilu saat ini membuat perempuan tidak mudah untuk terpilih.
Ia mengatakan, tidak ada pembeda pada saat perhitungan. Saat ini, aturan hanya sampai pada saat proses menjadi caleg di partai politik yang mengharuskan kuota 30 persen harus terpenuhi. “Tetapi setelah itu, tidak ada lagi aturan yang mengawal bahwa di parlemen itu harus terpenuhi 30 persen perempuan,” ujarnya, Ahad (8/6).
Hal yang sama juga terjadi di DPRD Sulawesi Tengah. Dari 45 wakil rakyat yang telah ditetapkan, hanya terdapat tujuh legislator perempuan pilihan masyarakat Sulawesi Tengah (Sulteng) pada pemilu legislatif yang dihelat pada 9 April 2014. Angka tersebut bahkan menurun dibandingkan periode 2009-2014, yakni terdapat delapan perempuan di DPRD Sulteng.
Ketujuh caleg perempuan yang melenggang ke DPRD Sulteng 2014-2019, yaitu Vera Rompas Mastura (Partai Golkar), Habsa Yanti Ponulele (Partai Demokrat), Zalzulmida A Djanggola (Partai Gerindra), Nurbaya Dunggio (PKS), Sri Indraningsih Lalusu (PDI Perjuangan), Sri Atun (PKS), dan Sitti Halima Ladoali (Partai Hanura). Mereka tersebar di berbagai daerah pemilihan.
Di Sulteng, cukup menarik diamati adalah latar belakang para srikandi tersebut. Dari daerah pemilihan Kota Palu, terdapat dua wakil perempuan yang berhak duduk di DPRD, yakni Vera Rompas Mastura dan Habsa Yanti Ponulele. Vera merupakan istri Wali Kota Palu, Rusdy Mastura, yang juga masih tercatat sebagai anggota DPRD Sulawesi Tengah. Sedangkan Habsa Yanti merupakan mantan calon wali kota Palu periode 2010-2015 yang juga meraih suara signifikan saat pemilukada.
Selain itu, Zalzulmida adalah istri Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola yang juga Ketua DPD Partai Gerindra Sulteng sekaligus mantan bupati Parigi Moutong. Dari daerah pemilihan Kabupaten Buol dan Tolitoli, terdapat satu wakil perempuan, yaitu Nurbaya Dunggio.
Akademisi Universitas Tadulako (Untad) Palu Irwan Waris mengatakan, sedikitnya perempuan yang terpilih menjadi legislator di DPRD Sulteng karena masyarakat sudah bisa menilai kemampuan para caleg yang akan bertarung. Selain itu, para anggota legislatif yang bertahan sudah mendapat nilai masing-masing di mata masyarakat. “Jadi, masyarakat sudah cerdas. Mereka menghukum para anggota dewan yang kerjanya tidak maksimal dengan cara tidak memilihnya lagi,” kata Irwan.
Diapun mengkritisi istri pejabat atau kepala daerah yang turut terjun ke dunia politik. Menurutnya, hal itu tidak elok meski keikutsertaan istri kepala daerah di dunia politik tidak dilarang undang-undang. antara ed: andi nur aminah