Revolusi akhlak untuk kemaslahatan bersama.
DEPOK-Ratusan kiai dan ulama Nahdlatul Ulama (NU) siap mengawal pemerintahan Jokowi-JK. Terutama menjaga agama, menegakkan hukum dan negara, serta mempertahankan keutuhan NKRI.
Mantan ketua umum PBNU KH Hasyim Muzadi mengatakan, penegasan tersebut penting mengingat praktik agama tergantung siapa yang menggunakan dan rawan disalahgunakan."NU harus mendukung revolusi akhlak," katanya di sela-sela Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan, di Pondok Pesantren AlHikam, Depok, Jawa Barat, Sabtu (30/8).
Sekitar 500 kiai ikut serta dalam acara yang merupakan pra-Musyawarah Nasional (Munas) dan Kon feren si Besar (Konbes) NU tersebut.
Munas dan Konbes NU akan berlangsung 1-2 Septem ber. Sejumlah tokoh di agendakan hadir, di an taranya presiden ter pilih Joko Widodo, Jimly Asshid diqie, Jenderal Moeldoko, dan Prof Mas'ud Said.
Pra-Munas dan Kon bes membahas sejumlah agenda, antara lain moderasi Islam dalam lintas Indonesia dan dunia, serta masa depan negara pascapilpres. Maklumat Kebangsaan akan dicetuskan pada penghujung acara ini.
Katib Aam Syuriah PBNU Malik Ma dani mengatakan, NU sebagai pengikut paham Ahlu Sunnah wal Jamaah (Aswaja) selalu mengikuti ajaran yang sesuai dengan Rasulullah dan para sahabat."NU adalah pendukung dan pengikut Aswaja," ujarnya.
Ia mengatakan, Aswaja mengajarkan keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat. Artinya, kata Malik, Islam tidak mengajarkan hal yang berlebihan.
Malik mencontohkan munculnya beberapa kelompok Islam radikal seperti Islamic State of Iraq and Syi riah (ISIS). Menurutnya, kelompok tersebut tidak sesuai dengan ajaran Aswaja.
Menurut Malik, ajaran Aswaja memiliki sikap istimewa, yaitu tidak mudah menvonis kelompok yang tidak sepaham sesat. Aswaja, kata Malik, sangat berhati-hati dalam menilai suatu kelompok yang berbeda paham.
NU sebagai pengikut Aswaja, lanjut Malik, tidak akan mudah tertipu hanya karena faktor simbolik. Malik menegaskan, NU dalam melihat kelom pok dengan pemahaman yang berbeda lebih kepada subtansi. Oleh karena itu, lanjut Malik, NU tidak akan tertipu hanya karena nama.
Secara terpisah, Ketua Tanfidz Pengurus Wilayah (NU) Provinsi Lampung KH RM Soleh Bajuri menambahkan, paham radikal seperti ISIS bertentangan dengan semangat Aswaja."Tidak sesuai dengan prinsip Islam yang sejuk," paparnya.
Ia sepakat, ISIS tidak sejalan dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan akan memecah belah umat Islam, termasuk Indonesia. Ia berkelakar, bila ada WNI yang ingin berga bung dengan ISIS, tinggal dicabut saja kewarganegaraannya." ISIS harus diberantas hingga ke akar-akarnya," paparnya.
Pengamat militer Syaiful Suluk mengata kan, ISIS semestinya tak boleh berkembang di Indonesia. Meski demikian, Indonesia harus mam pu menghadapi tantangan yang lebih besar. Menurutnya, menjadikan Indonesia lebih baik dari negara lain merupakan tantangan yang harus diatasi."Kemajuan kita hanya sedikit," ujar Syaiful.Menurut Syaiful, negara harus mampu menyejahterakan rakyatnya.
Selain itu, negara harus mampu memperkokoh asas Pancasila. Ia menilai Indonesia telah kehilangan kepercayaan diri. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya orang yang menganggap segala produk luar lebih baik daripada produk bangsa sendiri.
Selain itu, Syaiful menambahkan, undang-undang (UU) saat ini banyak yang memihak pemodal."Undangundang tidak memihak kepada rakyat," tegasnya. rep:c67/antara, ed:nashih nashrullah